Konten Berita

...

Tiga Inovasi Dalam Mengejat Target Eliminasi TBC

         Dengan target deteksi 1 juta kasus TBC pada 2025, Indonesia semakin dekat untuk mengatasi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia. Menurut data terbaru, Indonesia merupakan negara dengan angka TBC nomor dua tertinggi di dunia. 
      Dalam konferensi pers Pertemuan Tingkat Tinggi Inovasi Tuberkulosis (High Level Meeting TBC Innovation) yang digelar di Bali pada Senin (11/11). Menkes Budi menyampaikan untuk mencapai target ambisius tersebut, pemerintah telah menyusun 3 inovasi guna mendorong pemerataan akses pengobatan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta pemanfaatan teknologi untuk diagnosis lebih cepat dan akurat.
Inisiatif pertama adalah meningkatkan dan mengembangkan sistem surveilans. Menkes Budi mengatakan, ke depan metode skrining TBC akan diperluas. Tidak hanya menggunakan alat TCM, yang juga digunakan untuk pemeriksaan diabetes, tetapi juga alat PCR yang sebelumnya dipakai untuk tes COVID-19.
        Untuk mendukung inisiatif tersebut, pemerintah juga menyusun inisiatif kedua, yakni memperkuat aspek terapeutik atau pengobatan. Menkes Budi mengatakan, masalah pengobatan TBC di Indonesia adalah banyaknya pasien yang tidak melakukan pengobatan dan tidak menyelesaikan pengobatan.
       Inisiatif ketiga adalah pengembangan vaksin TBC. Menkes menyebutkan, Indonesia telah terlibat dalam clinical trial vaksin TBC M72, tetapi tingkat keberhasilannya sangat rendah. Ke depannya, Menkes mengatakan, Indonesia tertarik untuk mengikuti clinical trial berbagai jenis vaksin TBC lainnya.
         Dengan target deteksi 1 juta kasus TBC pada 2025, Indonesia semakin dekat untuk mengatasi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia. Menkes mengimbau semua pihak, baik pemerintah, tenaga medis, masyarakat, dan sektor swasta, untuk bersinergi dalam upaya mewujudkan Indonesia bebas TBC pada 2030.

...

Tiga Inovasi Dalam Mengejat Target Eliminasi TBC

     Dengan target deteksi 1 juta kasus TBC pada 2025, Indonesia semakin dekat untuk mengatasi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia. . Menurut data terbaru, Indonesia merupakan negara dengan angka TBC nomor dua tertinggi di dunia. Sementara di Provinsi Kepri jumlah penemuan kasus TB sebanyak 
     Dalam konferensi pers Pertemuan Tingkat Tinggi Inovasi Tuberkulosis (High Level Meeting TBC Innovation) yang digelar di Bali pada Senin (11/11). Menkes Budi menyampaikan untuk mencapai target ambisius tersebut, pemerintah telah menyusun 3 inovasi guna mendorong pemerataan akses pengobatan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta pemanfaatan teknologi untuk diagnosis lebih cepat dan akurat.
Inisiatif pertama adalah meningkatkan dan mengembangkan sistem surveilans. Menkes Budi mengatakan, ke depan metode skrining TBC akan diperluas. Tidak hanya menggunakan alat TCM, yang juga digunakan untuk pemeriksaan diabetes, tetapi juga alat PCR yang sebelumnya dipakai untuk tes COVID-19.
     Untuk mendukung inisiatif tersebut, pemerintah juga menyusun inisiatif kedua, yakni memperkuat aspek terapeutik atau pengobatan. Menkes Budi mengatakan, masalah pengobatan TBC di Indonesia adalah banyaknya pasien yang tidak melakukan pengobatan dan tidak menyelesaikan pengobatan.
     Inisiatif ketiga adalah pengembangan vaksin TBC. Menkes menyebutkan, Indonesia telah terlibat dalam clinical trial vaksin TBC M72, tetapi tingkat keberhasilannya sangat rendah. Ke depannya, Menkes mengatakan, Indonesia tertarik untuk mengikuti clinical trial berbagai jenis vaksin TBC lainnya.
Dengan target deteksi 1 juta kasus TBC pada 2025, Indonesia semakin dekat untuk mengatasi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia. Menkes mengimbau semua pihak, baik pemerintah, tenaga medis, masyarakat, dan sektor swasta, untuk bersinergi dalam upaya mewujudkan Indonesia bebas TBC pada 2030.

...

Kunci Keberhasilan Penyakit TBC Adalah Dengan Disiplin Minum Obat

Banyak fakta bahwa penderita Tuberculosis dengan pengobatan yang benar dan tepat, sebagian besar dapat sembuh total. Mengapa hanya sebagian besar? Ini dikarenakan sebagian lainnya ada yang mengalami resisten obat, sehingga orang tersebut tidak bisa diobati dengan obat standar. Untuk itu, upaya pengobatan tbc yang benar dan tepat harus terus digalakkan.

Pengobatan yang benar dan tepat harus menggunakan obat yang sesuai dengan pedoman pengobatan TBC dan dalam waktu yang ditentukan. Biasanya pengobatan hingga sembuh memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Namun, dalam kondisi tertentu (resisten obat atau ada masalah lain), pengobatan akan menjadi lebih lama. Maka, kunci keberhasilan pengobatan TBC adalah disiplin dalam minum obat.

Upaya pengobatan ini dimulai dari skrining TBC, terutama pada kelompok masyarakat berisiko, seperti sering kontak dengan penderita TBC, penderita hiv/aids, penderita kencing manis, balita stunting dan lain-lain. Bagi orang yang sering kontak dengan penderita tbc, tetapi dari hasil skrining dan pemeriksaan lanjutan tidak mempunyai gejala TBC harus diberikan terapi pencegahan TBC (tpt).

Cara Minum Obat TBC yang Baik dan Benar :

  1. Minum obat tiap hari pada waktu yang sama. Cara minumnya berbeda dari antibiotik lainnya dimana 4 OAT tersebut diminum bersamaan 1 kali sehari, di jam yang sama setiap harinya, minimal selama 6 bulan. OAT jenis Isoniazid dan Rifampisin sebaiknya diminum saat perut kosong.
  2. Buat pengingat minum obat di gawai.
  3. Catat durasi pengobatan yang berfungsi untuk memantau waktu pengobatan, kapan obat habis, dan waktu untuk konsultasi kembali.
  4. Tempatkan obat di area yang mudah terlihat.

Cara lain agar tidak lupa untuk terus taat minum obat TBC adalah menggunakan kotak obat. Penggunaannya sangat berguna bagi orang yang mengonsumsi obat secara rutin setiap harinya. Selain disimpan dalam suhu normal, pastikan Anda menyimpan kotak obat di tempat yang mudah dijangkau.

  1. Menunjuk orang terlatih sebagai Pengawas Minum Obat (PMO).

Cara minum OAT yang benar begitu pentingnya hingga penderita TBC paru biasanya harus memiliki pengawas minum obat. Bila dosis OAT yang diserap tubuh kurang dari seharusnya akibat aturan pakai yang tidak tepat, maka tidak bisa membunuh kuman TBC dengan optimal. Bahkan kuman TBC bisa menjadi kebal terhadap OAT sehingga TB akan semakin sulit disembuhkan.

...

Pelatihan Penanggulangan TBC Bagi Nakes di FKTP

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau berkesempatan mengadakan Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Pelatihan Penanggulangan TBC bagi Petugas Kesehatan di FKTP Tahun 2024. Dimana peserta yang mengikuti pelatihan yakni tenaga kesehatan yang berasal dari FKTP di 7 kabupaten/kota di Provinsi Kepri. Pelatihan dilakukan dengan metode Blendid (Daring dan Luring) yang berlangsung mulai dari tanggal 31 Juli sd 8 Agustus 2024. Pelaksanaan pelatihan ini diawali dengan metode Daring dari tanggal 31 Juli sd 2 Agustus 2024. Sementara itu untuk pelaksanaan metode Luring berlangsung dari tanggal 5 sd 8 Agustus 2024 bertempat di Bapelkes Batam Kota Batam.

Pada kesempatan kali ini Kepala Bidang SDK mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau menutup Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Pelatihan Penanggulangan TBC bagi Petugas Kesehatan di FKTP Tahun 2024 yang berlangsung di Auditorium Bapelkes Batam. Ibu Putri Rahmawati, MKM selaku Kepala Bidang SDK mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelenggaraan pelatihan ini, yaitu Bapelkes Batam yang telah mengampu dan memfasilitasi pelaksanaan pelatihan, para Fasilitator, Penjamin Mutu/Pengendali Pelatihan, Tim IT dan Panitia Penyelenggaraan Pelatihan. Beliau juga mengucapkan selamat kepada seluruh Bapak/Ibu peserta Pelatihan karena berhasil mengikuti Pelatihan TOT Penanggulangan TBC ini dengan baik dari hari pertama hingga akhir. Harapan Ibu Putri Rahmawati, MKM sekembalinya dari pelatihan ini Bapak/Ibu peserta dapat bekerja secara profesional dan berkualitas, sehingga setiap harinya dapat membantu pasien terduga TB dan pasien TB untuk sembuh, mengedukasi pasien dan keluarga pasien untuk mengurangi penularan TB, menjadi pelatih dan tim percepatan penanggulangan TBC. Informasi yang diperoleh selama pelatihan ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan dalam melaksanakan tugas. Informasi - informasi ini juga dapat dibagikan kepada rekan kerja lainnya

Menurut World Health Organization (Global TB Report, 2023), TBC masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini. TBC menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah COVID-19 pada tahun 2022. Lebih dari 10 juta orang terjangkit penyakit TBC setiap tahunnya. Tanpa pengobatan, angka kematian akibat penyakit TBC tinggi (sekitar 50%). Secara global pada tahun 2022, TBC menyebabkan sekitar 1,30 juta kematian. Dengan pengobatan yang direkomendasikan WHO, 85% kasus TBC bisa disembuhkan. Jumlah orang yang baru didiagnosis sakit TBC secara global adalah 7,5 juta pada tahun 2022. Tiga puluh negara dengan beban TBC tinggi menyumbang 87% kasus TBC dunia pada tahun 2022 dan dua pertiga dari total global terjadi di delapan negara: India (27%), Indonesia (10%), Cina (7.1%), Filipina ( 7,0%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,5%), Bangladesh (3,6%) dan Republik Demokratik Kongo (3,0%). Pada tahun 2022, 55% pasien TBC adalah laki-laki, 33% perempuan, dan 12% adalah anak-anak (usia 0–14 tahun).

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular kronis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan Global TB Report Tahun 2023, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah beban kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh Cina. Dengan jumlah kasus TBC diperkirakan sebanyak 1.060.000 kasus TBC dan 134.000 kematian akibat TBC per tahun di Indonesia (terdapat 17 orang yang meninggal akibat TBC setiap jamnya). Sebagai upaya penanggulangan TBC, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC.

Untuk capaian Program TBC di Provinsi Kepulauan Riau sendiri hingga Juni 2024 masih jauh dari target nasional. Indikator Penemuan dan Pengobatan TBC (Treatment Coverage) yaitu 25,80% dari target 90%. Capaian keberhasilan pengobatan (TBC success rate) yaitu 84,04%. Diperlukan berbagai upaya dalam upaya penanggulangan TBC sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021. Dan tahun 2024 ini Indonesia akan mengadakan berbagai gerakan untuk mencapai Eliminasi TBC di Tahun 2030.

Berbagai upaya percepatan penanganan TBC telah dilakukan melalui berbagai pilar, yakni pencegahan, promosi kesehatan, deteksi, pengobatan, surveilans serta kerja sama lintas sektor. Untuk penanganan TBC, diperlukan peningkatan kapasitas petugas kesehatan yang berada di fasyankes. Langkah yang dilakukan untuk peningkatan kapasitas petugas kesehatan salah satunya melalui pelatihan dalam penanganan TBC. Pelatihan ini perlu dilaksanakan karena sampai saat ini masalah TBC masih perlu penanganan yang intensif. TBC menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah COVID-19, padahal TBC bisa diobati dan dapat disembuhkan walaupun masih banyak tantangan dalam pengobatannya, seperti ketidak patuhan pasien dalam pengobatan, kurangnya pengetahuan pasien, stigma masyarakat, kurangnya dukungan keluarga, akses ke fasyankes dan tantangan lainnya. (MD-SDK)

...

Menjadi salah satu penyakit paling mematikan didunia, Berikut Gejala dan Infeksi TBC yang perlu diwaspadai

tuberculosis word inscription tb infection virus 361816 719\

Gambar : Tuberculosis (Freepik)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menemukan bahwa sepanjang 2023 terdapat lebih dari 800 ribu kasus baru TBC. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus pada 2022 yang mencapai 724 ribu kasus. Jumlah itu sendiri sebelumnya merupakan angka tertinggi sejak TBC menjadi program prioritas Nasional.

TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menular mudah menularkan antar manusia.

Umumnya, pengidap TBC dapat menularkan bakteri melalui droplet yang dikeluarkan saat berbicara, batuk, atau bersin. Karenanya, bakteri penyebab TBC sangat mudah menular di tempat yang dikerumuni banyak orang, khususnya dalam ruangan tertutup dengan ventilasi buruk .

TBC juga merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, pada 2022, TBC menjadi penyakit menular paling mematikan kedua setelah COVID-19.

Gejala TBC yang Perlu Diwaspadai

Karena bersifat mudah menular dan mematikan, maka penting untuk mengetahui gejala penyakit TBC. Terlebih, infeksi TBC terdiri atas tiga tahapan yang masing-masing memiliki gejala berbeda-beda.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut pembahasannya.

Infeksi Primer
Tahapan pertama disebut dengan infeksi primer. Pada tahap ini, sistem kekebalan sel menemukan dan menangkap bakteri TBC. Pada tahap ini, sistem kekebalan akan menghancurkan bakteri yang menginvasi. Namun, bakteri yang tertangkap masih dapat bertahan dan membelah diri. Umumnya, infeksi primer tidak menimbulkan gejala. Tapi pada beberapa kasus, orang yang mengalami infeksi primer dapat menunjukkan gejala mirip flu, seperti:

* Demam bersuhu rendah
* Kelelahan
* Batuk

Infeksi Laten

Setelah infeksi primer, tahapan selanjutnya adalah infeksi laten. Pada tahap ini, sistem kekebalan sel membentuk dinding di sekeliling lapisan paru-paru yang terinfeksi bakteri penyebab TBC. Pada tahap ini, bakteri tidak akan aktif menginfeksi selama sistem kekebalan masih bisa menanganinya. Namun, bakteri tetap akan bertahan hidup. Tidak ada gejala yang terjadi selama infeksi laten.

Infeksi Aktif
Infeksi aktif terjadi ketika sistem kekebalan tidak bisa lagi mengendalikan infeksi yang terjadi. Bakteri akan menyebabkan penyakit pada paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Biasanya, infeksi primer terjadi setelah infeksi laten selama beberapa bulan atau tahun. Namun pada beberapa kasus, infeksi aktif bisa langsung terjadi setelah infeksi primer. Pada tahap ini, gejala TBC akan muncul dan bertambah parah seiring waktu. Adapun gejala-gejala tersebut meliputi:

  • Batuk, terutama yang berlangsung selama berminggu-minggu
  • Batuk berdahak
  • Batuk berdarah
  • Nyeri pada dada
  • Nyeri saat bernapas atau batuk
  • Demam
  • Menggigil
  • Keringat dingin
  • Penurunan berat badan
  • Kehilangan nafsu makan
  • Kelelahan

Infeksi Aktif di Luar Paru-paru

Infeksi TBC bisa menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dikenal juga dengan sebutan tuberkulosis ekstra paru (extrapulmonary tuberculosis). Selain gejala infeksi aktif, TBC ekstra paru juga bisa menyebabkan gejala berupa nyeri pada area yang terinfeksi. Adapun bagian tubuh selain paru-paru yang bisa terjangkit infeksi TBC antara lain:

  • - Ginjal
  • - Hati
  • - Otot jantung
  • - Alat vital
  • - Kelenjar getah bening
  • - Tulang dan persendian
  • - Kulit
  • - Dinding pembuluh darah
  • - Kotak suara (larynx)

Nah, jika anda ada mengalami gejala diatas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter atau puskesmas terdekat. Jika setelah pemeriksaan anda terdiagnosis terkena TBC, segera berobat secara dan rutin minum obat. TBC bisa disembuhkan. (AD)

...

Optimalisasi Peran Kader Posyandu Dalam Percepatan 5 Pilar STBM

STBM

Gambar : Optimalisasi Peran Kader Posyandu Dalam Percepatan 5 Pilar STBM

Diperkirakan sekitar 7,74% masyarakat Indonesia masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dari Data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia April 2023 Desa/Kelurahan yang 57,83% dari target sebesar 70%, Presentase KK Akses Sarana Sanitasi sebesar 92,26% dari target 100%. Dengan tempat berperilaku buang air besar ke sungai, kebon, sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Perilaku seperti tersebut jelas sangat merugikan kondisi kesehatan masyarakat, karena tinja dikenal sebagai media tempat hidupnya bakteri E-coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare.

 

Sebelumnya pada tahun 2007 pemerintah mengujicoba program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Program ini menitikberatkan pada upaya preventif dan promotif terpadu melalui upaya memicu dan mempertahankan keberlanjutan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. STBM menekankan pada peran aktif masyarakat dalam penyediaan layanan (supply), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enable environment). Ujicoba ini menunjukkan bahwa keterlibatan aktif kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk berubah telah mempercepat capaian target pembangunan sanitasi hingga 10 kali lipat.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygine dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Strategi STBM menekankan pada lima pilar perubahan perilaku sebagai berikut :

  • Tidak buang air besar sembarangan (BABS)
  • Mencuci tangan pakai sabun (CTPS)
  • Mengelola air minum dan makanan rumah tangga (PAMRT)
  • Mengelola sampah rumah tangga (PSRT)
  • Mengelola limbah cair rumah tangga (PLCRT)

Rapat/Pertemuan “Optimalisasi Peran Kader Posyandu dalam Percepatan 5 Pilar STBM” diselenggarakan di Aula Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan pada Selasa 16 Mei 2023, pada pertemuan ini dibuka oleh Kepala Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi Kabupaten Bintan dan dihadiri Dinkes Provinsi, Anggota Pokja 3 dan 4 TP PKK Provinsi Kepri. Rapat/Pertemuan pesertanya terdiri dari PKK Kabupaten Bintan, PKK Kecamatan, beberapa sanitarian dan beberapa kader terpilih. Hal-hal yang dibahas dalam kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

  • Menyampaikan paparan tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
  • Pada kesempatan ini juga disampaikan tentang prinsip-prinsip dasar STBM agar para kader paham dan dapat melaksanakan program 5 pilar STBM di wilayah kerjanya.

Untuk percepatan 5 Pilar STBM ini juga ditekankan akan pentingnya peran PKK dan kader untuk meningkatkan capaian program. Adapun peran PKK dalam percepatan Akses Sanitasi dan STBM adalah :

  • Peningkatan Upaya Advokasi dan Perencanaan yang mendukung pemberdayaan masyarakat seperti :
  • Advokasi kepada pimpinan daerah dengan didampingi fasilitator
  • Menguatkan kelembagaan (Pokja) untuk membangun komitmen dan dukungan sumber daya sanitasi
  • Terlibat aktif dalam musyawarah dan perencanaan partisipatif
  • Pemutakhiran data dan Informasi seperti :
  • Pencatatan kegiatan STBM dan kegiatan kesehatan lainnya.

Adapun Rencana Tindak lanjut dari kegiatan Optimalisasi Peran Kader Posyandu dalam Percepatan 5 Pilar STBM adalah sebagai berikut :

  • Puskesmas bersama kader akan melaksanakan pendataan by name by adress Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pada rumah tangga (KK) yang ada diwilayahkerja masing-masing
  • Kader Posyandu bersedia membantu dalam proses pemicuan Sanitasi Total Berbasis masyarakat
  • Kader Posyandu akan membantu pelaksanaan monitoring atau pemantauan perubahan perilaku masyarakat serta mendorongmasyarakat di wilayah kerjanya untuk dapat mengaksesjamban yang sehat
  • TP PKK kecamatan akan mendorong peningkatan kesadaran masyarakatuntuk stop buang air besar sembarangan melalui penggerakan peran kader posyandu di wilayah kerjanya masing-masing
  • Seluruh peserta yang hadir dalam pertemuan ini akan menjadi agen perubahan (agen of change) perilaku lebih bersih dan sehat. (Anes - Kesling/Kesmas)
...

Penatalaksanaan Pengobatan TB-RO di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Kota Batam

WhatsApp Image 2022 09 04 at 16.26.04 1

Gambar : Penatalaksanaan Pengobatan TB-RO di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Kota Batam

Manajemen tuberkulosis resistan obat (TB RO) merupakan proses yang kompleks, mulai dari upaya peningkatan sistem kesehatan dan koordinasi berbagai pihak, hingga setiap keputusan klinis yang dapat mempengaruhi hasil pengobatan pasien.Kegiatan peningkatan kualitas layanan TB RO dapat membantu pemantauan pada setiap tingkat layanan yang terlibat dalam pengobatan pasien TB RO. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi tantangan dan kekurangan di layanan TB RO, menyusun rencana tindak lanjut sesuai temuan dan melakukan intervensi, serta melakukan pemantauan secara bersinambungan. Selain itu, kegiatan ini bisa menjadi wadah untuk membangun kapasitas yang efektif bagi petugas di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) TB RO.

 

WhatsApp Image 2022 09 04 at 16.26.03

Gambar : Penatalaksanaan Pengobatan TB-RO di Rumah Sakit Budi Kemuliaan Kota Batam

Pada kegiatan mentoring ini dilaksanakan di Rumah Sakit Budi Kemulian Kota Batam pada tanggal 30 Agustus 2022 dan dihadiri oleh dr. Widya Sri Hastuti, Sp.P selaku ketua KOPI TB Kota Batam dan Tim Ahli Klinis (TAK) TB RO, Pengelola Program TB, Technical Officer TB RO Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, Kepala Seksi P2M dan Pengelola Program TB Dinas Kesehatan Kota Batam, Direktur Rumah Sakit Budi Kemuliaan beserta petugas di Layanan DOTS TB.

TB RO berarti kuman TB kebal terhadap obat yang bisa membunuh kuman tersebut, sehingga Prinsip pengobatan TB RO adalah menggunakan Antibiotik yang diharapkan masih mampu membunuh kuman TB dalam jangka waktu 9-24 bulan bergantung obat jenis apa saja yang masih bisa digunakan oleh pasien.Pengobatan dibagi menjadi 2 yaitu pengobatan Jangka Pendek (Short Treatment Regiment/ STR) yang membutuhkan  waktu minimal 9 bulan, serta Pengobatan Individual membutuhkan waktu minimal 20 bulan. Masing-masing pengobatan terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu tahap awal sekitar 4-6 bulan dan tahap lanjutan.Pasien perlu berobat rutin ke RS setiap bulannya untuk dilakukan pemeriksaan pemantauan dahak serta menjalani beberapa pemeriksaan penunjang lain (Klinis serta laboratorium) (SF)

...

Investasi Untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa

WhatsApp Image 2022 03 24 at 15.33.23

Gambar : Peringatan Hari Tuberculosis Sedunia

Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan dan kematian yang tinggi sehingga perlu dilakukan upaya penanggulangan dengan mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.

 

Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) selalu diperingati setiap tanggal 24 Maret, karena bertepatan dengan ditemukannya bakteri penyebab TBC (Mycobacterium Tuberculosis) oleh Robert Koch pada tahun 1882. Penemuannya ini membuka jalan untuk diagnosis dan penyembuhan TBC di seluruh dunia. Pada peringatan Hari TB Sedunia ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit TBC serta menjadi sarana untuk mengoptimalkan penemuan dan pengobatan TBC secara komprehensif. Terpenting, HTBS 2022 juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan layanan TBC di Provinsi DKI dalam melakukan tatalaksana TBC sesuai standar

Kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan mengalami penurunan selama pandemi. Masih menjadi salah satu tantangan dalam penanganan tuberkulosis (TB) di Tanah Air. Tantangan lainnya adalah pengelola program TB. Selain itu, tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dimobilisir untuk kegiatan penanganan dan vaksinasi Covid-19 dalam dua tahun terakhir.

Beberapa Target program Penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050

Strategi nasional Penanggulangan TB terdiri atas:

  • Penguatan kepemimpinan program TB;
  • Peningkatan akses layanan TB yang bermutu;
  • Pengendalian faktor risiko TB;
  • Peningkatan kemitraan TB;
  • peningkatan kemandirian masyarakat dalam Penanggulangan TB; dan
  • Penguatan manajemen program TB

Penanggulangan TB diselenggarakan melalui kegiatan:

  • Promosi kesehatan;
  • Surveilans TB;
  • Pengendalian faktor risiko;
  • Penemuan dan penanganan kasus TB;
  • Pemberian kekebalan; dan
  • Pemberian obat pencegahan

Pengendalian Faktor Risiko TB ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan dan kejadian penyakit TB. dengan cara :

  • membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
  • membudayakan perilaku etika berbatuk;
  • melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat;
  • peningkatan daya tahan tubuh;
  • penanganan penyakit penyerta TB; dan
  • penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Pengobatan untuk TBC aktif dapat melibatkan penggunaan beberapa obat selama 6-9 bulan. Ketika seseorang memiliki jenis TBC yang resistan terhadap obat, pengobatannya akan menjadi lebih kompleks. Sangat penting untuk menyelesaikan pengobatan secara tuntas, bahkan jika gejalanya hilang. Jika seseorang berhenti minum obat sejak dini, beberapa bakteri TBC dapat bertahan hidup dan menjadi kebal terhadap antibiotik. Dalam hal ini, orang tersebut dapat terkena TBC yang resistan terhadap obat. Bergantung pada bagian-bagian tubuh yang terkena TBC, dokter mungkin juga meresepkan kortikosteroid. Untuk mengetahui peluang kesembuhan, dokter memastikan lewat hasil tes laboratorium. Jika hasilnya negatif, pengidap dinyatakan sembuh total. (SF)

...

Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa Dari Tuberkolosis

 HARI TB SLIDER

Setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) secara global. HTBS dijadikan kesempatan untuk mendorong penetapan TBC sebagai isu prioritas pembangunan kesehatan nasional serta harmonisasi kepentingan pemangku kebijakan lintas sektor dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC tahun 2030. Untuk itu, diperlukan peningkatan sinergi berbagai pihak, baik swasta, pemerintah, maupun asosiasi profesi, yang menjadi kunci demi mewujudkan Indonesia eliminasi Tuberkulosis 2030.

 

Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia di tengah-tengah pandemi Covid-19 tahun ini mengusung tema "Setiap Detik Berharga, Selamatkan Bangsa dari Tuberkulosis" menjadi sangat penting untuk mengingatkan kita bahwa penanggulangan TB tidak boleh surut sekalipun dalam situasi pandemi Covid-19.

Tuberkulosis (TB) merupakan satu dari 10 penyakit yang menyebabkan kematian. Indonesia masuk dalam delapan negara penyumbang dua per tiga kasus TB di seluruh dunia dan menempati posisi kedua setelah India. TBC biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga tidak menutup kemungkinan dapat memengaruhi bagian anggota tubuh lainnya, seperti kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, otak, hingga organ reproduksi. Oleh karena itu, penting mengetahui gejalanya sejak dini. Orang yang terinfeksi TBC berisiko menularkan penyakitnya, tetapi risiko ini tergantung pada banyak faktor. Salah satunya adalah sistem kekebalan tubuh. Dalam hal ini, pencegahan TBC adalah kunci untuk menghentikan penularannya.Pencegahan TBC perlu didukung oleh berbagai kondisi, di antaranya adalah lingkungan rumah, tindakan saat batuk, ketuntasan pengobatan, dan tingkat pengetahuan. Faktor-faktor tersebut akan menjadi penentu kesuksesan seseorang saat melakukan upaya pencegahan TBC.

Mengetahui cara penularan TBC merupakan langkah awal mencegah penularan penyakit ini. Hal ini berlaku bagi mereka yang sehat dan terutama yang sakit. Bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis, menyebar ketika penderita TB mengeluarkan dahak atau cairan liur yang berisi kuman tersebut ke udara, misalnya saat batuk, bersin, berbicara, dan meludah sembarangan. Kuman yang keluar dari batuknya penderita tuberkulosis (TBC) dapat bertahan di udara lembap yang tidak terpapar sinar matahari selama berjam-jam, bahkan berminggu-minggu. Akibatnya, setiap orang yang berdekatan dan memiliki kontak dekat dengan pasien TB berpotensi menghirup udara yang terkontaminasi bakteri TBC. Itulah pentingnya bagi orang sehat mengetahui cara mencegah TBC. Namun jika Anda mengidap TB aktif, menjalani pengobatan menjadi cara mencegah penularan TBC yang juga perlu dilakukan. Pengobatan TBC bertujuan mengurangi jumlah bakteri secara perlahan sehingga semakin meminimalisir risiko penularan. Pengobatan yang dilakukan meliputi konsumsi obat TBC secara teratur selama 6-12 bulan. (AD)

 

...

Integrasi SITB - SIMRS Sebagai Upaya Tingkatkan Cakupan Pengobatan TB

SIMRS sitb

Gambar : Pertemuan Koordinasi Integrasi SITB Dan SIMRS di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021

Penyakit TB masih menjadi penyebab kematian akibat penyakit infeksi. Tiap harinya, hampir 4500 orang meninggal dunia akibat TB dan 30.000 orang menderita penyakit TB yang sebenarnya bisa dicegah dan diobati. Usaha global sudah dilakukan untuk melawan penyakit TB dan sudah menyelamatkan 54 juta jiwa sejak tahun 2000 dan rerata mortalitas akibat TB menurun sebanyak 42%. Indonesia adalah negara ketiga di dunia dengan beban TB terbanyak setelah India dan Cina, yaitu 842.000. Namun demikian bisa jadi kenaikan peringkat ini adalah prestasi terhadap pelaporan TB.

 

Banyaknya kasus TB yang tidak terdeteksi merupakan masalah tersendiri bagi Indonesia. TB tumbuh subur pada daerah dengan iklim tropis seperti di Indonesia. Belum lagi kesadaran masyarakat yang rendah terhadap penyakit ini. Selama ini TB masih menjadi momok bagi Indonesia. TB memiliki penyebaran dan gejala yang mirip sekali dengan COVID-19 yang sedang trending saat ini.

Target program Penanggulangan TB nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050. Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB nasional, Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota harus menetapkan target Penanggulangan TB tingkat daerah berdasarkan target nasional dan memperhatikan strategi nasional. Strategi nasional Penanggulangan TB sebagaimana terdiri atas penguatan kepemimpinan program TB, peningkatan akses layanan TB yang bermutu, pengendalian faktor risiko TB, peningkatan kemitraan TB, peningkatan kemandirian masyarakat dalam Penanggulangan TB dan penguatan manajemen program TB.

TB dapat disembuhkan asalkan pasien meminum obat dengan teratur. Setelah terinfeksi, pasien TB akan mendapatkan pengobatan berupa antibiotik khusus. Jenis antibiotik yang digunakan tergantung pada lokasi tuberkulosis, derajat berat/ringan penyakit, usia, jenis kasus (kasus baru, putus obat, kasus berulang, dll), dan pertimbangan khusus (riwayat alergi, gangguan fungsi hati, dan gangguan fungsi ginjal).

Dari segi waktu, ada pasien yang mendapatkan pengobatan selama 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan. Karena pengobatan TB yang relatif lama. Maka pasien TB harus terus menerus dimonitor oleh fasilitas kesehatan sehingga penularan TB dapat ditekan. Karena jangka waktu pengobatan yang panjang. Bisa jadi pasien TB berpindah-pindah faskes sesuai dengan penyakit lain yang mereka derita.

Integrasi Data SIMRS Dengan SITB bertujuan untuk memberikan pelaporan yang realtime sehingga bisa digunakan bukan hanya untuk monitoring kasus TB, tetapi juga bisa digunakan untuk mencari kontak erat pasien TB sehingga kasus TB di Indonesia bisa ditekan

Dengan sistem SITB yang bisa diakses oleh semua fasilitas kesehatan. Pasien TB bisa termonitor dan menjadi warning bagi fasilitas kesehatan lainnya supaya merawat pasien TB terpisah dengan pasien lainnya. Tujuan Isolasi bukan karena penyakit ini adalah penyakit menjijikkan atau berbahaya. Tapi karena TB memiliki tingkat penularan yang tinggi. (SF)

...

Orientasi Laboratorium TBC Untuk Analis Laboratorium

TB

Gambar : Orientasi Laboratorium TBC Untuk Analis Laboratorium

Target eliminasi TB di Indonesia dipercepat yang sebelumnya ditargetkan tercapai tahun 2035 menjadi tahun 2030. Diiperlukan upaya-upaya strategis untuk dapat mencapaitarget eliminasi tersebut. Salah satunya adalah menurunkan missing cases melalui penyisiran kasus TB di RS menggunakan sumber data rekam medis. Pada Oktober 2017, mulai dilakukan penyisiran kasus di RD. Dari hasil tersebut, diperoleh tambahann kasus yang ternotifikasi tahun 2017 dari kegiatan tersebut sebesar 42.903 kasus. Kasus tersebut berasal dari 16 provinsi di 42 kab/kota di 115 RS.

 

Di Provinsi Kepulauan Riau dengan estimasi kasus TB Tahun 2019 sebesar 10.827, Notifikasi kasus 7.213, dengan keberhasilan pengobatan 88 % danTB RO 74. Dalam Rencana Strategi Nasional 2016-2020, terdapat enam strategi utama yang diperlukan untuk mencapai target tersebut, yaitu (1) Penguatan Kepemimpinan Program TB di Kabupaten/Kota; (2) Peningkatan Akses Layanan “TOSS-TB” yang mencakup : active case finding dan intensifikasi kolaborasi layanan; (3) Pengendalian Faktor Risiko; (4) Peningkatan Kemitraan melalui Forum Koordinasi TB; (5) Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Penanggulangan TB; dan (6) Penguatan manajemen program melalui penguatan Sistem Kesehatan. Strategi ini juga dimaksudkan untuk menjawab tantangan target Sustainability Development Goals (SDGs) tahun 2030 adalah mengakhiri epidemi TB, yaitu mencapai penurunan 90% kematian akibat TB dan penurunan insidens TB 80% dibandingkan tahun 2015.

Di tingkat Nasional dan Provinsi Kepulauan Riau, TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cakupan penemuan kasus TB perlu ditingkatkan agar seluruh pasien TB dapat diobati. Pencapaian eliminasi TB  memerlukan komitmen kuat segenap jajaran pemerintah dan dukungan seluruh lapisan masyarakat didukung ketersediaan daya, sarana dan prasarana yang cukup.

Sehubungan dengan permasalahan yang ada, hal yang cukup mendesak dan perlu segera diupayakan adalah mewujudkan penjaminan Kompetensi Analis Laboratorium, agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita TB. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi Riau melalu Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mengadakan Orientasi Laboratorium TbC Untuk Analis Laboratorium Tingkat Provinsi Kepulauan Riau di Hotel Golden View, Kota Batam

Dari Uji silang yang dilakukan pada Tahun 2019 didapatkan hasil sebagai berikut :

Triwulan 1 Tahun 2019

  1. Kabupaten Anambas yang melakukan Uji silang à 2 faskes, dengan kesalahan besar 1 faskes
  2. Kota Batam yang melakukan uji silang à 27 faskes dengan kesalahan besar 3 faskes
  3. Kabupaten Bintan yang melakukan uji silang 3 faskes, dengan kesalahan besar 1 faskes
  4. Kab Karimun yang melakukan uji silang à 7 faskes dengan kesalahan besar 2 faskes
  5. Kab Lingga tidak mengikuti uji silang
  6. Kab Natuna tidak mengikuti Uji Silang
  7. Kota Tanjungpinang yang melakukan Uji Silang à 10 faskes dengan kesalahan besar 2 faskes

Triwulan 2 Tahun 2019

  1. Kabupaten Anambas tidak mengikuti Uji Silang
  2. Kota Batam yang melakukan uji silang à 27 faskes dengan kesalahan besar 5 faskes
  3. Kabupaten Bintan yang melakukan uji silang 2 faskes, dengan kesalahan besar 0 faskes
  4. Kab Karimun yang melakukan uji silang à 5 faskes dengan kesalahan besar 2 faskes
  5. Kab Lingga tidak melakukan uji silang
  6. Kab Natuna yang melakukan Uji Silang à 1 faskes dengan kesalahan besar 0 faskes
  7. Kota Tanjungpinang yang melakukan Uji Silang à 10 faskes dengan kesalahan besar 0 faskes

Triwulan 3 Tahun 2019

  1. Kabupaten Anambas tidak mengikuti Uji Silang
  2. Kota Batam yang melakukan uji silang à 26 faskes dengan kesalahan besar 7 faskes
  3. Kabupaten Bintan yang melakukan uji silang 14 faskes, dengan kesalahan besar 3 faskes
  4. Kab Karimun yang melakukan uji silang à 7 faskes dengan kesalahan besar 1 faskes
  5. Kab Lingga tidak melakukan uji silang
  6. Kab Natuna tidak melakukan uji silang
  7. Kota Tanjungpinang yang melakukan Uji Silang à 10 faskes dengan kesalahan besar 1 faskes

Sebagai tindak lanjut agar laboratorium rujukan uji silang (RUS) dapat berjalan optimal dalam pembinaan teknis dan pemeriksaan mikroskopis uji silang bagi Fasyankes di wilayah regionalnya, maka perlu dilakukan pelatihan pemantapan mutu analis laboratorium TB bagi petugas laboratorium rujukan. Uji silang. Selain itu diharapkan peserta mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk pembinaan teknis laboratorium TB Fasyankes di wilayah kerjanya.

 

Penulis : SW

 

...

Tingkatkan Capaian Penemuan Kasus TB, Dinkes Kepri lakukan Orientasi Tatalaksana TB di FKTP dan FKRTL

Orientasi TB

Gambar : Kepala Seksi P2P Dinas Kesehatan Provinsi Kepri saat memberikan materi pada pertemuan orientasi tata laksana TB di Batam

TB merupakan penyebab kematian tertinggi penyakit infeksi di Indonesia dan penyebab utama agen infeksius tunggal pada HIV/AIDS. Menurut WHO dalam Global TB Report tahun 2017, saat ini Indonesia berada di 3 negara terbesar di dunia sebagai penyumbang penderita TB setelah India dan Cina dengan estimasi kasus sebesar 842.000, Notifikasi kasus sebesar 570.289 dengan keberhasilan pengobatan 85 %, Kasus Anak 61.089, TB HIV 10.368 dan TB RO 4.413. Di global telah disusun End TB Strategy yang bertujuan mengakhiri epidemi TB global. Target indikator End TB Strategy di tahun 2030 adalah persentase penurunan jumlah kasus absolut kematian TB sebesar 95% dan persentase penurunan angka insiden TB sebesar 90% dibandingkan dengan baseline tahun 2014. Di Provinsi Kepulauan Riau dengan estimasi kasus TB Tahun 2019 sebesar 10.827, Notifikasi kasus 7.213, dengan keberhasilan pengobatan 88 % danTB RO 74.

 

Dalam Rencana Strategi Nasional 2016-2020, terdapat enam strategi utama yang diperlukan untuk mencapai target tersebut, yaitu (1) Penguatan Kepemimpinan Program TB di Kabupaten/Kota; (2) Peningkatan Akses Layanan “TOSS-TB” yang mencakup : active case finding dan intensifikasi kolaborasi layanan; (3) Pengendalian Faktor Risiko; (4) Peningkatan Kemitraan melalui Forum Koordinasi TB; (5) Peningkatan Kemandirian Masyarakat dalam Penanggulangan TB; dan (6) Penguatan manajemen program melalui penguatan Sistem Kesehatan. Strategi ini juga dimaksudkan untuk menjawab tantangan target Sustainability Development Goals (SDGs) tahun 2020 adalah mengakhiri epidemi TB, yaitu mencapai penurunan 90% kematian akibat TB dan penurunan insidens TB 80% dibandingkan tahun 2015.

Di tingkat nasional dan Provinsi Kepulauan Riau, TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Cakupan penemuan kasus TB perlu ditingkatkan agar seluruh pasien TB dapat diobati. Pencapaian eliminasi TB  memerlukan komitmen kuat segenap jajaran pemerintah dan dukungan seluruh lapisan masyarakat didukung ketersediaan daya, sarana dan prasarana yang cukup.

Untuk meningkatkan indikator tersebut diperlukan pemantauan pengobatan yang rutin pada pasien TB, hal ini memerlukan ketrampilan dan keahlian dari sumber daya pengelola Program TB di fasilitas pelayanan kesehatan dan petugas di laboratorium, sehingga perlu dilakukan kegiatan orientasi penanggulangan TB untuk petugas kesehatan di FKTP/FKTRL dan orientasi laboratorium TB untuk petugas laboratorium secara rutin karena tingginya turn over atau mutasi pengelola program TB di fasilitas pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan jumlah kasus TB yang cukup besar maka perlu ada prioritas pemilihan RS untuk dilakukan penyisiran kasus TBC. Dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi sumber daya serta upaya memastikan kualitas data yang terlaporkan.

 

Penulis : SF

...

Hari TB sedunia sebagai momentum meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TB

WhatsApp Image 2019 03 07 at 22.21.36

Intensifikasi Penemuan Kasus TB di Lapas Kelas IIA kota Batam

Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang diperingati pada 24 Maret setiap tahun, dirancang untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa TBC sampai saat ini masih menjadi epidemi di dunia. Peringatan HTBS tahun 2019 ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan pemangku kebijakan dalam mendukung program pengendalian TBC serta menempatkan TBC sebagai isu utama di semua sektor. Selain itu, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan juga sebagai upaya penyebarluasan informasi TBC kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terkait dengan pencegahan penularan TBC yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga.

Pelaksanaan peringatan HTBS tahun 2019 dapat dijadikan sebagai momentum dimana kesadaran masyarakat tentang bahaya TBC meningkat dan dilakukan melalui aksi Gerakan Temukan TBC Obati Sampai Sembuh (TOSS TBC) yang merupakan kegiatan penemuan secara aktif dan masif sekaligus mendorong pasien TBC untuk memeriksakan diri dan menjalankan pengobatan hingga tuntas.

Tema Global HTBS 2019 adalah “Its time”, sejalan dengan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Indonesia mengambil tema peringatan HTBS tahun 2019 yaitu “Saatnya Indonesia Bebas TBC, Mulai dari Saya” dengan aksi: Temukan Tuberkulosis Obati Sampai Sembuh (TOSS TBC) diharapkan dapat menggerakkan hati setiap orang untuk menyadari bahwa eliminasi TBC bukan hanya tanggungjawab sektor kesehatan tetapi tanggungjawab setiap individu yang ada baik sehat maupun sakit.

Deteksi dini dan pencegahan penularan Tuberkulosis, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan TBC. Tema ini juga merupakan upaya meningkatkan peran pemangku kebijakan dan peran serta kelompok masyarakat lainnya dalam mendukung program pengendalian TBC dan mampu menempatkan TBC sebagai isu utama di semua sektor. Selain itu penyebarluasan informasi tentang TBC kepada masyarakat akan meningkatkan pengetahuan dan kepedulian untuk mencegah penularan TBC salah satunya melalui gerakan penggunaan masker bila ada yang menderita batuk dan segera memeriksakan diri untuk memastikan diri sendiri dan atau keluarganya mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan TBC yang tepat dan berkualitas.

Gerakan penemuan kasus secara aktif massif melalui kontak investigasi dengan melibatkan LSM yang bergerak aktif dalam bidang pengendalian TBC lewat sumber daya kader-kader yang ada di masyarakat yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Gerakan penemuan kasus secara aktif melalui kontak investigasi dalam rangka HTBS 2019 dilakukan selama Bulan Februari - Maret 2019 dan diharapkan dapat dilanjutkan secara berkesinambungan menjadi kegiatan rutin yang terintegrasi gerakan masyarakat sehat (germas) dan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PISPK).

 

...

Deteksi Dini TB Sebagai Upaya memutus mata rantai penyakit TB di Kepri

WhatsApp Image 2019 02 21 at 17.54.49

Screening dan Mantoux TB pada anak sekolah di Kab.Lingga

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius.

 

WhatsApp Image 2019 02 26 at 18.44.28

Pemeriksaan dahak pada warga binaan lapas Narkotika kelas IIA Tanjungpinang

TBC merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius. Di tahun 2017, TBC menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian di antara orang dengan HIV negatif dan sekitar 300.000 kematian karena TBC di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TBC baru setara dengan 133 kasus per 100.000 penduduk. Di tingkat global, di tahun 2017 terdapat sekitar 558.000 kasus baru TBC rifampisin resistan di mana hampir separuhnya ada di tiga negara yaitu India (24%), China (13%), dan Rusia (10%). Di antara kasus TBC RR, diperkirakan 82% kasus tersebut adalah TBC MDR. Secara global, 3.6% kasus TBC baru dan 17% kasus TBC pengobatan ulang merupakan kasus TBC MDR/RR.

WhatsApp Image 2019 02 21 at 17.54.49 1

Penyuluhan serta Penyampaian Informasi/Edukasi Tentang TBC kepada masyarakat

WHO memperkirakan insiden tahun 2017 sebesar 842.000 atau 319 per 100.000 penduduk sedangkan TBC-HIV sebesar 36.000 kasus per tahun atau 14 per 100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan kematian TBC-HIV sebesar 9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar 842.000 kasus pertahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 442.172 kasus maka masih ada sekitar 47% yang belum ternotifikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi maupun tidak terlaporkan.

Subdit TB Kemenkes RI berdasarkan hitung beban TBC memperkirakan insiden TB tahun 2018 sebesar 12.101 atau 566 per 100.000 penduduk. Dengan insiden 12.101 kasus per tahun dan notifikasi kasus TBC berdasarkan data SITT dan data penyisiran kasus TB di RS adalah sebesar 6.693 kasus atau sebesar 303 per 100.000 penduduk,  maka masih ada sekitar 44.7 % yang belum ternofikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi maupun yang tidak terlaporkan.

Angka notifikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per 100.000 penduduk adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu. Angka CNR ini menunjukkan trend meningkat atau menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah. Total penemuan kasus TBC  Paru terkonfirmasi bakteriologis, terdiagnosis klinis dan extra paru baru dan kambuh berdasarkan laporan TB berbasis web yaitu data SITT (Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis) Tahun 2018 adalah sebesar 4.300 kasus atau  CNR 192 per 100.000 penduduk. Target Renstra Provinsi Kepri untuk CNR Tahun 2018 adalah 160 per 100.000 penduduk.

Upaya untuk meningkatkan penemuan kasus TBC di Provinsi Kepulauan Riau salah satunya dengan meningkatkan cakupan deteksi dini TB yaitu dengan kegiatan intensifikasi penemuan kasus TBC  seperti di sekolah-sekolah, Lapas dan masyarakat yang ada Indeks kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis.Selain itu juga dilakukan Penyampaian Informasi/Edukasi Kepada masyarakat luas dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian tentang pencegahan, penularan, pemeriksaan dan pengobatan penyakit TB, serta Melakukan Screening TBC kepada masyarakat yang mempunyai gejala TBC dengan melalui pemeriksaan mikroskopis TB dan TCM 

 

RS- P2

...

Faktor Lingkungan Dan Kaitannya Dengan TBC

Penemuan kasus TB

Intensifikasi Penemuan Kasus TB di Rutan Kota Batam

Tuberkulosis atau yang lebih dikenal dengan TBC atau TB merupakan penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis, yang sering menyerang organ paru. Usia produktif, yakni 15-55 tahun menjadi kelompok usia yang paling tinggi terkena TBC. Saat ini Indonesia menduduki usia ke-2 di dunia dalam jumlah kasus TBC. WHO memperkirakan tahun 2017 ada sebanyak 1.020.000 kasus TBC di Indonesia.

 

H.L. Blum yang terkenal dengan teori derajat kesehatannya mengatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi 4 faktor yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan, dan keempatnya saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku, dan perilaku sebaliknya juga mempengaruhi lingkungan (Salim, 2010). Jika dikaitkan dengan TBC yang sumber penularnya adalah penderita BTA positif itu sendiri, dimana pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Beberapa faktor yang mengakibatkan menularnya penyakit itu adalah kebiasaan buruk pasien TB paru yang meludah sembarangan (Anton, 2008; Currie, 2005). Selain itu, kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi penyebaran virus, misalnya rumah yang kurang baik pengaturan ventilasinya.Selain itu kondisi lembab akibat kurang lancarnya pergantian udara dan sinar matahari dapat membantu berkembangbiaknya virus (Guy, 2009; Talu, 2006).

Faktor fisik rumah yakni ventilasi, pencahayaan alami, kepadatan hunian, dan lantai rumah, memiliki hubungan terhadap kejadian TBC (Supari, 2005). Sejalan dengan penelitian Jelalu (2008) tentang faktor-raktor risiko kejadian TBC di Kabupaten Kupang dimana ditemukan bahwa ada pengaruh tingkat ekonomi, kebiasaan merokok, kepadatan hunian, dan kelembaban rumah terhadap kejadian TBC pada orang dewasa. Begitupun Masdalena (2012) dalam penelitiannya yang menyatakan  hygiene dan sanitasi lingkungan di rumah tahanan Medan yang ditunjukkan dengan variabel sanitasi lingkungan (kapasitas hunian, ketersediaan air bersih, lingkungan rutan dan kebersihan alat makan/minum) berpengaruh signifikan terhadap kejadian penyakit TBC.

Berdasarkan data Riskesdas, ada 13,4% rumah dengan kepadatan hunian rumah ≥8 m2 per orang (padat). Proporsi rumah dengan lantai tanah sebanyak 6,9%. Untuk kondisi ruangan dalam rumah, sebagian besar ruangan terpisah dari ruang lainnya. Dalam hal kebersihan, ada 22,2% rumah yang ruang tidurnya tidak bersih, 21,5% yang ruang keluarganya tidak bersih, dan 30,3% yang dapurnya tidak bersih. Ada 52,1% rumah yang jendela ruang tidurnya tidak dibuka tiap hari, 50,2% yang jendela ruang keluarganya tidak dibuka tiap hari, dan 57,7% yang jendela dapurnya tidak dibuka tiap hari. Ada 57,9% rumah yang ventilasi ruang tidurnya tidak cukup, 52,2% yang ventilasi ruang keluarganya tidak cukup, dan 59,8% yang ventilasi dapurnya tidak cukup. Ada 30,2% rumah yang pencahayaan ruang tidurnya tidak cukup, 21,5% yang pencahayaan ruang keluarganya tidak cukup, dan 31% yang pencahayaan dapurnya tidak cukup (Riskesdas, 2013). Data ini menunjukkan kondisi umum lingkungan rumah di Indonesia.

Lingkungan yang tidak sehat (kumuh) adalah sebagai salah satu reservoir atau tempat baik dalam penularkan penyakit menular seperti penyakit TBC. Menurut Azwar (1990), peranan faktor lingkungan sebagai predisposing artinya berperan dalam menunjang terjadinya penyakit pada manusia, misalnya sebuah keluarga yang berdiam dalam suatu rumah yang berhawa lembab di daerah endemis penyakit TBC. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan tempat percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. 

Kontak Kami