- Admin Dinkes
- Rabu, 06 Januari 2021
- 145
Pernahkah Anda Mendengar Istilah KIPI? Yuk, Simak Penjelasannya
Gambar : Ilustrasi Imunisasi
KIPI merupakan semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi, menjadi perhatian, dan diduga berhubungan dengan imunisasi. Dalam rangka pemantauan dan penanggulangan KIPI, Menteri Kesehatan membentuk Komite Nasional pengkajian dan penanggulangan KIPI dan Gubernur membentuk Komite Daerah Pengkajian Penanggulangan KIPI. Berdasarkan laporan yang masuk, sebagian besar klarifikasi KIPI adalah konsiden (tidak berhubungan dengan pemberian imunisasi).
Tidak semua kejadian KIPI yang diduga itu benar. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai berapa besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu; bagaimana sifat kelainan tersebut, lokal atau sistemik; bagaimana derajat kesakitan resipien, apakah memerlukan perawatan, apakah menyebabkan cacat, atau menyebabkan kematian, apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti; dan akhirnya apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan pemberian.
Gambar : Klasifikasi KIPI
Berdasarkan data yang diperoleh, maka KIPI dapat diklasifikasikan dalam:
- Induksi vaksin (vaccine induced). Terjadinya KIPI disebabkan oleh faktor intrinsik vaksin terhadap individual resipien. Misalnya, seorang anak menderita poliomielitis setelah mendapat vaksin polio oral.
- Provokasi vaksin (vaccine potentiated). Gejala klinis yang timbul dapat terjadi kapan saja, saat ini terjadi oleh karena provokasi vaksin. Contoh: Kejangdemam pasca imunisasi yang terjadi pada anak yang mempunyai predisposisi kejang.
- Kesalahan (pelaksanaan) program (programmatic errors). Gejala KIPI timbul sebagai akibat kesalahan pada teknik pembuatan dan pengadaan vaksin atau teknik cara pemberian. Contoh: terjadi indurasi pada bekas suntikan disebabkan vaksin yang seharusnya diberikan secara intramuskular diberikan secara subkutan.
- Koinsidensi (coincidental). KIPI terjadi bersamaan dengan gejala penyakit lain yang sedang diderita. Contoh: Bayi yang menderita penyakit jantung bawaan mendadak sianosis setelah diimunisasi.
Hal yang sebaiknya dilakukan setelah mendapatkan imunisasi
Setelah diimunisasi, sebaiknya perhatikan dan pantau beberapa kondisi tubuh yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau keabnormalan pada bagian tubuh tertentu, baik itu tanda kemerahan atau rasa nyeri. Semua gejala KIPI dapat muncul dalam hitungan menit hingga jam pasca imunisasi. Munculnya radang dan rasa nyeri setelah imunisasi bisa bertahan hingga hitungan hari. Jika tidak bertambah parah, maka gejala KIPI ringan tidak membutuhkan penanganan lanjut yang lebih serius. Namun, demam pada anak-anak perlu penanganan segera dengan cara mencukupi kebutuhan cairan dan minum obat penurun panas seperti paracetamol. Jika seseorang mengalami KIPI yang serius, maka penanganan KIPI kemungkinan memerlukan pengawasan medis dari tenaga kesehatan. Segera laporkan dan obati segera gejala KIPI dengan intensitas berat pada fasilitas kesehatan di mana Anda memperoleh layanan imunisasi atau pelayanan kesehatan terdekat.
Sekali lagi, KIPI adalah kasus yang jarang terjadi dan kebanyakan tidak membahayakan. Risiko munculnya KIPI masih lebih ringan daripada risiko terjangkit penyakit serius yang tentu lebih mengancam nyawa. Bila Anda masih khawatir, sebaiknya diskusikan langsung dengan dokter Anda. Makin berhasil program imunisasi maka angka PD3I makin menurun, sehingga perhatian masyarakat akan terfokus pada KIPI. Keadaan ini menimbulkan persepsi yang rancu, sehingga dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi. Masyarakat mengabaikan ancaman PD3I dan lebih terfokus pada KIPI, bukan efektivitas vaksin dalam mencegah PD3I.
Agar kepercayaan masyarakat terhadap program imunisasi dapat dipertahankan, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Memantau KIPI secara terus menerus.
- Mengkaji secara ilmiah terhadap kemungkinan adanya hubungan langsung reaksi simpang vaksin dengan vaksin.
- Melakukan respon apabila ada risiko baru terhadap vaksin.
- Memberikan penyuluhan kepada sasaran dan orangtuanya tentang manfaat imunisasi dan risiko apabila tidak diimunisasi oleh tenaga kesehatan sebelum melakukan pelayanan.
Banyak beberapa kejadian yang diduga KIPI berat lainnya, setelah diperiksa oleh ahli-ahli di bidangnya terbukti bahwa bukan diakibatkan oleh imunisasi, tapi dari wabah atau virus yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu, setiap berita KIPI harus di kaji secara ilmiah oleh ahli-ahlinya, antara lain di Komisariat Daerah (Komda) KIPI yang ada di Provinsi atau Komisariat Nasional (Komnas) KIPI di Jakarta. (NA)