- Admin Dinkes
- Minggu, 10 Januari 2021
- 14347
Memahami Jenis dan Kandungan Vaksin Beserta Manfaatnya
Gambar : Illustrasi Vaksin COVID-19 (Shuttestock)
Vaksin adalah suatu zat yang merupakan suatu bentuk produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan. Vaksin diberikan kepada individu yang sehat guna merangsang munculnya antibody atau kekebalan tubuh guna mencegah dari infeksi penyakit tertentu. Vaksin terdiri dari banyak jenis dan kandungan, masing-masing vaksin tersebut dapat memberikan Anda perlindungan terhadap berbagai penyakit yang berbahaya. Apabila seseorang yang sudah mendapatkan vaksin kemudian terpapar kuman penyebab penyakit yang sebenarnya pada suatu hari, maka tubuhnya akan membentuk antibodi dengan cepat untuk melawan kuman tersebut.
Pentingnya lagi vaksin dapat mencegah penyakit, untuk itu setiap orang perlu mendapatkan vaksin, terutama bayi dan anak-anak karena mereka memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah dan berkembang. Namun, selain bayi dan anak-anak, orang dewasa juga perlu mendapatkan vaksin. Orang dewasa disarankan untuk mendapatkan vaksin jika ia memiliki beberapa kondisi atau faktor risiko tertentu, seperti : Berusia lanjut, Sedang hamil atau menyusui, Penyakit kronis, seperti asma, diabetes, dan penyakit jantung, Daya tahan tubuh yang lemah, misalnya karena kemoterapi, riwayat operasi transplantasi organ, atau menderita infeksi HIV, Belum pernah mendapatkan imunisasi wajib sebelumnya, dan Bekerja di tempat yang berisiko tinggi menularkan infeksi, seperti rumah sakit atau laboratorium klinik.
Berikut ini adalah jenis-jenis vaksin berdasarkan kandungan yang terdapat di dalamnya yang perlu kita ketahui bersama :
1. Vaksin mati
Vaksin mati atau disebut juga vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat virus atau kuman tetap utuh, namun tidak dapat berkembang biak dan menyebabkan penyakit di dalam tubuh. Oleh karena itu, Anda akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit ketika mendapatkan vaksin jenis ini tanpa ada risiko untuk terinfeksi kuman atau virus yang terkandung di dalam vaksin tersebut. Namun, vaksin mati cenderung menghasilkan respon kekebalan tubuh yang lebih lemah, jika dibandingkan vaksin hidup. Hal ini membuat pemberian vaksin mati butuh diberikan secara berulang atau booster. Beberapa contoh vaksin yang termasuk jenis vaksin mati adalah vaksin polio, vaksin DPT, dan vaksin flu.
2. Vaksin hidup
Berbeda dengan vaksin mati, virus atau bakteri yang terkandung di dalam vaksin hidup tidak dibunuh, melainkan dilemahkan. Virus atau bakteri tersebut tidak akan menyebabkan penyakit, namun dapat berkembang biak, sehingga merangsang tubuh untuk bereaksi terhadap sistem imun. Vaksin hidup ini dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat dan perlindungan seumur hidup meski hanya diberikan satu atau dua kali. Meski demikian, vaksin ini tidak dapat diberikan pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS atau orang yang menjalani kemoterapi. Sebelum diberikan, vaksin hidup perlu disimpan di dalam lemari pendingin khusus agar virus atau bakteri tetap hidup. Suhu yang tidak sesuai akan memengaruhi kualitas vaksin, sehingga imunitas yang terbentuk tidak optimal. Contoh dari vaksin hidup adalah vaksin MMR, vaksin BCG, vaksin cacar air, dan vaksin rotavirus.
3. Vaksin toksoid
Beberapa jenis bakteri dapat memproduksi racun yang bisa menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh. Vaksin toksoid berfungsi untuk menangkal efek racun dari bakteri tersebut. Vaksin ini terbuat dari racun bakteri yang diolah secara khusus agar tidak berbahaya bagi tubuh, namun mampu merangsang tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap racun yang dihasilkan bakteri tersebut. Contoh jenis vaksin toksoid adalah tetanus toxoid dan vaksin difteri.
4. Vaksin biosintetik
Jenis vaksin ini mengandung antigen yang diproduksi secara khusus, sehingga menyerupai struktur virus atau bakteri. Vaksin biosintetik mampu memberikan kekebalan tubuh yang kuat terhadap virus atau bakteri tertentu dan dapat digunakan oleh penderita gangguan sistem kekebalan tubuh atau penyakit kronis. Contoh vaksin jenis ini adalah vaksin Hib. Agar dapat bekerja dengan efektif dan bisa bertahan lebih lama, sejumlah vaksin mengandung bahan lain, seperti thiomersal atau merkuri sebagai bahan pengawet vaksin, serum albumin, formalin, gelatin, dan antibiotik. Vaksin pada dasarnya merupakan upaya sederhana dan efektif untuk mencegah Anda dan keluarga dari risiko penyakit yang telah menyebabkan banyak kematian. Oleh karena itu, mendapatkan vaksin sesuai anjuran amatlah penting untuk dilakukan. Setiap orang memiliki jadwal pemberian vaksin yang berbeda, tergantung usia, jenis vaksin, kondisi kesehatan, dan riwayat vaksinasi sebelumnya. Jika Anda atau keluarga melewatkan satu dosis atau bahkan sama sekali belum menerima vaksin yang dianjurkan, Anda dapat menemui dokter untuk menentukan jadwal pemberian vaksin beserta jenis vaksin yang perlu didapatkan.
Pemerintah berupaya berikan perlindungan bagi tenaga kesehatan dan seluruh masyarakat dari pandemi COVID-19 dengan pastikan ketersediaan vaksin gratis bagi seluruh kalangan. Untuk penuhi imunitas kelompok (herd immunity) terhadap COVID-19, sekitar 181 juta orang di Indonesia harus divaksinasi. Dengan memperhitungkan bahwa satu orang butuh 2 dosis vaksin dan menyiapkan 15% sebagai cadangan sesuai dengan ketentuan WHO, maka total vaksin yang dibutuhkan Indonesia adalah sekitar 426 juta dosis vaksin. Untuk itu, sampai saat ini pemerintah sudah siapkan 5 jalur pengadaan vaksin, 4 dalam perjanjian bilateral dengan Sinovac, Novavax, AstraZeneca, dan BioNTech-Pfizer , serta 1 perjanjian multilateral dengan GAVI. Sembari menunggu dilaksanakannya proses vaksinasi, dr. Nadia mengimbau masyarakat untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan secara ketat seperti disiplin 3M (Memakai masker, Menjaga jarak dan Menghindari keramaian, Mencuci tangan). -MH