Konten Berita

...

Lindungi Keluarga, Tunda Dulu Mudiknya, Lebih Baik di Rumah Saja

tidak mudik

Gambar : Tidak Mudik di Rumah aja 

Mudik menjadi salah satu tradisi yang biasa dilakukan umumnya pada masa libur panjang, seperti menjelang Hari Raya Idul Fitri. Mudik merupakan cara membangun tali silaturahmi. Namun, tradisi mudik lebaran dapat menimbulkan keramaian dan macet di jalan sebagai pemicu penularan Covid-19. Mudik merupakan cara membangun tali silaturahmi. Namun saling menjaga kesehatan bersama saat ini jauh lebih penting. Untuk itu, mari kita teguhkan hati untuk tidak mudik, karena dengan tidak mudik berarti kita peduli dengan kesehatan diri dan keluarga di kampung halaman. Dalam kondisi wabah Covid-19, kita perlu meninggalkan tradisi mudik lebaran dan mencari cara lain dalam membangun silaturahmi. Di bulan suci ini, Pemerintah dan Ulama menghimbau untuk menahan diri dengan tidak mudik. Mudik merugikan keluarga karena bisa membawa virus penyakit. Percayalah bahwa menahan diri menjadi cara untuk mencintai keluarga kita. Rayakan Idul Fitri bersama keluarga di rumah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

 

Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah menghimbau supaya bisa tetap menjalankan ibadah dengan menghindari keramaian, misalnya tarawih di rumah, juga iftar dan sahur yang bisa diantar ke masing-masing rumah. Selain itu himbauan Prof. DR. HM. Suparta, M. A (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah), bahwa dalam kondisi wabah Covid-19 Ibadah tidak diukur dari dimana tempat dilaksanakan ibadah, kapan waktu pelaksanaan ibadah, namun kualitas ibadah oleh seberapa hati, pikiran kita untuk khusyu, ikhlas dan menghadirkan hati kita berhadapan, bertemu dan berdialog dengan Allah. Dalam kondisi saat ini, jangan nekad, jangan menantang maut dan menantang penyakit dan wabah.

Berikut mengapa mudik dilarang lagi yaitu karena : belajar dari pengalaman libur panjang sebelumnya terdapat tren lonjakan kasus covid-19 baru, menjaga tren baru kasus Covid-19 yang mulai menurun dan meningkat orang yang sembuh dari covid-19, peduli terhadap kesehatan orang tua dan kerabat terutama bagi yang lansia dikampung halaman, dan kenaikan kasus signifikan dan varian baru dari negara lain. Namun, kondisi pandemi membuat kita harus memilih tidak mudik karena pengalaman telah menunjukkan bahwa mobilitas tinggi pada libur panjang menimbulkan lonjakan kasus baru Covid-19 dan peningkatan angka kematian. Mari bersama kita saling menjaga kesehatan diri dan keluarga di kampung halaman dengan tidak mudik. Hindari risiko tertular dan menularkan Covid-19. Rayakan Idul Fitri dengan keluarga di rumah, saling bersilaturahmi melalui komunikasi telpon, sms, chat, dan/atau video call. Tetap melaksanakan disiplin protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun minimal 20 detik, menjaga jarak minimal 1 meter, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas.

Dengan pembatasan/pengurangan mobilisasi, orang tidak berpindah dari tempat domisili. Hal ini mengurangi kontak antar manusia sehingga risiko saling menularkan bisa minimal. Seandainya tertular pun dapat ditelusuri rantai penularannya. Di lain pihak, mobilisasi meningkatkan peluang kontak antar manusia karena interaksinya di area publik misal terminal, stasiun, dan bandara serta dalam kendaraan. Kondisi ini memungkinkan penularan dari orang sakit dengan maupun tanpa gejala. Penularan dari sini sulit ditelusuri. Belum lagi risiko menjadi penular di desanya..

kekhawatiran utama dari situasi penularan yang tidak terkontrol akan berdampak terhadap terjadinya ketidakseimbangan kemampuan dokter dan tenaga kesehatan dalam mengatasi penyakit ini dengan jumlah kasus yang sangat tinggi. Persentase dokter yang meninggal akibat Covid-19 sudah cukup tinggi. Angka ini akan terus meningkat bila kondisi seperti ini tetap berjalan. Dokter tidak dapat meninggalkan tugas profesinya untuk memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, namun dihadapkan pada dilema antara tugas profesi dengan risiko. Kondisi saat ini harus dalam kendali yang ketat jangan sampai jatuh menjadi kondisi yang tidak terkendali. Bila kondisi ini berlanjut akan dapat meruntuhkan sistem pertahanan kesehatan. (MH)


Kontak Kami