Konten Berita

...

Cegah HIV-AIDS, Dinkes Kepri Perluas Akses Pencegahan Pada Perempuan, Anak dan Remaja

hiv aids

Ilustrasi HIV AIDS Sedunia 2022. /Reuters/Ajay Verma/

Hari AIDS Sedunia (HAS) rutin diperingati pada 1 Desember setiap tahunnya. Peringatannya dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian masyarakat akan pentingnya pencegahan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam pengendalian HIV/AIDS. Tema Global peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2022 yaitu “Equalize”. Tema ini dipilih mengingat pentingnya mengakhiri ketidaksetaraan yang mendorong terjadinya AIDS di seluruh dunia, khususnya pada perempuan, anak, dan remaja. Tanpa tindakan nyata dan terukur terhadap ketidaksetaraan, dunia termasuk Indonesia berisiko tidak mencapai target untuk mengakhiri AIDS pada tahun 2030.

Sementara tema nasional yang diambil adalah Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS. Tema ini mengajak kita semua untuk mengulurkan tangan, bergerak bersama, sebagai kekuatan terbesar untuk mengakhiri AIDS di Indonesia dengan mengusung kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja Sesuai dengan tema tersebut seluruh lapisan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting untuk menyukseskan penanggulangan HIV-AIDS yang ditandai dengan dengan tercapainya Three Zero, yaitu zero infeksi baru HIV, zero kematian terkait AIDS, dan zero stigma-diskriminasi..

Sebagai bentuk dari komitmen tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau melakukan upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan menempuh jalur cepat 95-95-95, artinya mencapai target indikator 95% estimasi Orang Dengan HIV (ODHIV) diketahui status HIV-nya, 95% ODHIV diobati dan 95% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.

Namun, menurut data tahun 2018-2022, capaian target tersebut khususnya pada perempuan, anak dan remaja masih belum optimal. Sebab, baru 79% Orang Dengan HIV (ODHIV) mengetahui status HIV-nya, baru 41 % ODHIV yang diobati dan 16% ODHIV yang diobati mengalami supresi virus. Berdasarkan data modeling AEM, tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526,841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Yang mana, sekitar 40 persen dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan.

Penyebabnya beragam mulai dari pandemi COVID-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.

Penguatan strategi triple 95 dilakukan dengan menggencarkan promosi kesehatan, upaya pencegahan perilaku beresiko, penemuan kasus (skrining, testing, tracing) dan tatalaksana kasus. Tak hanya itu, Kemenkes juga mencantumkan strategi pengendalian HIV-AIDS bagian dari Standar Pelayanan Minimum di Fasyankes. Strategi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Selain dilakukan kepada perempuan, anak dan remaja, upaya tersebut juga dilakukan kepada semua siklus hidup mulai dari bayi baru lahir, balita, anak usia sekolah dasar, remaja, dewasa dan lansia. Hal ini untuk memastikan setiap orang mendapatkan pelayanan pencegahan dan pengobatan sesuai kebutuhannya. (SF)

...

Pentingnya VCT Dalam Upaya Pencegahan dan Perawatan Bagi Penderita HIV-AIDS

SCREENING hiv

Screening HIV di lapas rutan, dilakukan pada kelompok WBP (Warga Binaan Penjara)

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus/HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. VCT adalah voluntary counselling and testing atau bisa diartikan sebagai konseling dan tes HIV sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, serta pengobatan bagi penderita HIV/AIDS. VCT bisa dilakukan di puskesmas atau rumah sakit maupun klinik penyedia layanan VCT. Pada prinsipnya VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya hanya dilakukan atas inisiatif dan persetujuan seseorang yang datang pada penyedia layanan VCT untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan pun terjaga kerahasiaannya.

 

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. Namun virus ini tidak dapat menular melalui kontak fisik biasa seperti berpelukan, berciuman, berjabat tangan atau menggunakan fasilitas umum dengan orang yang terinfeksi HIV atau AIDS.

Pencegahan HIV telah dilakukan melalui Progam Pencegahan Melalui Tansmisi Seksual (PMTS) untuk Wanita Pekeja Seks (WPS), Lelaki Seks Lelaki (LSL) serta program Layanan Jarum Suntik Steril (LASS). Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan HIV dan AIDS oleh tenaga kesehatan dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut pemantauan terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok beresiko termasuk warga Binaan Penjara (WBP) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok beresiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya.

Saat risiko HIV telah diidentifikasi, pasien harus didorong untuk menjalani tes HIV dengan konseling dan dukungan yang adekuat. Mendiagnosis infeksi pimer HIV penting karena identifikasi dini pada infeksi HIV primer dapat menghasilkan perubahan perilaku pada orang dengan HIV yang akan meminimalkan penularan selanjutnya.

 

...

HIV AIDS

Kasus HIV/AIDS merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang menjadi fokus perhatian baik regional, nasional bahkan internasional. Bahkan upaya penurunan kasus HIV/AIDS merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam pencapaian MDGs. Hal ini karena berkaitan erat dengan kenyataan bahwa sampai saat ini belum ditemukannya obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS.

Kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun cenderung meningkat dan semakin mengkhawatirkan. Kekhawatiran saat ini sejalan dengan penyebaran penyakit HIV/AIDS yang semakin meluas di masyarakat. Jika pada awal merebaknya penyakit HIV/AIDS ini hanya terjadi pada populasi tertentu antara lain seperti pengguna narkoba suntik, wanita pekerja seks komersil dan pelanggannya, namun saat ini penyakit HIV/AIDS sudah memasuki populasi umum. Bahkan belakangan ini sudah banyak kasus yang ditemukan pada ibu rumah tangga biasa, anak-anak dari ibu penderita, ataupun kelompok masyarakat lainnya yang mungkin pernah menjalani transfusi darah. Secara nasional diperkirakan jumlah bayi lahir dengan HIV dalam setahun sebanyak 3.000 bayi. Angka ini menunjukkan Indonesia berada pada posisi keenam sebagai negara dengan jumlah bayi terbanyak lahir dengan HIV di Asia.

Kasus HIV/AIDS di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun ke tahun juga menunjukkan jumlah penderita yang meningkat tajam dan pola penyebaran yang telah memasuki kategori populasi umum. Tingginya jumlah penderita HIV/AIDS yang dijumpai di Provinsi Kepulauan Riau menjadikan Kepulauan Riau menjadi salah satu sentinel dalam pemantauan perkembangan HIV/AIDS di Indonesia. Berbagai kegiatan telah dilakukan, namun dirasakan bahwa kasus HIV/AIDS masih belum terkendalikan karena kasus cenderung meningkat. Upaya pemutusan transmisi kasus HIV membutuhkan upaya maksimal, sehingga semua fasilitas kesehatan dapat menjaring kasus HIV/AIDS melalui klinik-klinik VCT yang mempunyai layanan komprehensif dalam melakukan penjaringan kasus.

Selain temuan kasus HIV , pengobatan ARV bagi ODHA tak kalah penting. Akses layanan pemberi ARV harusnya tersedia di semua Kabupaten Kota . akan tetapi faktanya Provinsi Kepulauan Riau hanya memiliki 9 unit klinik PDP yang didalamnya merupakan rujukan pengobatan untuk ODHA yang telah memulai terapi ARV, sehingga perlunya diadakannya technical mentoring di beberapa Kabupaten/Kota yan bertujuan mengakselerasi set up klinik ARV di RS maupun PKM yang suda memiliki layanan VCT, dengan diperkuatnya sistim perawatan dan dukungan bagi ODHA di setiap kab/Kota diharapkan nantinya mampu mengembangkan layanan ARV di fasyankes Kabupaten/Kota.

Kontak Kami