- Admin Dinkes
- Rabu, 10 Desember 2025
- 17
Edukasi Kesehatan dalam Situasi Krisis: Belajar dari Bencana Terbaru di Indonesia
Belum lama ini, pulau Sumatra — khususnya di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat — diterjang banjir dan longsor hebat. Sungai meluap, hujan deras berlangsung berkali-kali, dan hujan air naik cepat menghancurkan rumah, jalan, dan jembatan. Banyak keluarga terpaksa mengungsi, ribuan rumah rusak, dan akses ke layanan dasar makin sulit.
Di antara debu, lumpur, reruntuhan dan rasa panik, muncul berbagai masalah kesehatan: cedera fisik, gangguan pernapasan akibat debu dan asap, air minum terbatas, kebersihan lingkungan menurun — bahkan potensi wabah penyakit meningkat di tengah pengungsian. Situasi seperti ini menegaskan betapa krusialnya pengetahuan dasar tentang kesehatan, agar masyarakat tidak hanya menjadi korban, tetapi bisa saling melindungi.
Bencana alam tak sekadar merusak bangunan — tetapi juga menggoyahkan fondasi kesehatan masyarakat. Ketika jalan terputus, akses ke rumah sakit terganggu, atau obat/petugas medis sulit dijangkau, kemampuan masyarakat memahami langkah awal kesehatan menjadi penentu: apakah korban bisa tertolong dengan aman, atau justru mengalami komplikasi akibat penanganan yang salah. Edukasi kesehatan membantu kita mengenali bahaya, merespons dengan tindakan awal yang tepat, dan menjaga diri sendiri dan orang lain sampai bantuan datang.
Berikut hal-hal penting yang sebaiknya diketahui dan dilakukan ketika bencana alam terjadi — terutama setelah kejadian besar seperti banjir dan longsor di Sumatra baru-baru ini:
1. Utamakan keselamatan diri dulu sebelum membantu orang lain — pastikan area aman dari reruntuhan, banjir susulan, longsor, atau bahaya lain.
2. Kenali cedera serius seperti luka dalam, patah tulang, perdarahan hebat, atau korban yang kehilangan kesadaran; korban dengan kondisi seperti itu harus diprioritaskan.
3. Jika ada luka terbuka dan perdarahan, lakukan penekanan luka dengan kain/perban bersih untuk menghentikan aliran darah.
4. Pastikan jalan napas tetap aman — jika korban tidak sadar tapi bernapas, posisikan secara aman agar tidak tersedak (misalnya miring ke samping).
5. Lindungi korban dari debu, asap, atau udara kotor, terutama anak-anak, lansia, atau penderita gangguan pernapasan — masker kain atau kain basah bisa membantu.
6. Untuk luka-luka ringan: bersihkan luka dengan air bersih (jika tersedia), hindari memberi obat atau bahan yang tidak jelas.
7. Pastikan korban dan keluarga mendapatkan air bersih dan makanan aman — dehidrasi dan gangguan pencernaan bisa cepat muncul di pengungsian.
8. Jaga kebersihan diri dan lingkungan: cuci tangan bila memungkinkan, kelola sampah dan limbah, hindari air kotor agar risiko penyakit menular bisa ditekan.
9. Perhatikan kesehatan mental: bencana bisa membuat trauma, stres, rasa cemas; memberikan dukungan, mendengarkan, dan menjaga ketenangan penting untuk psikologis korban.
10 Segera cari tahu lokasi layanan kesehatan terdekat atau posko medis untuk mendapatkan pertolongan lanjutan — jangan menunggu kondisi memburuk.
Tragedi banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat baru-baru ini bukan hanya mengingatkan kita tentang kekuatan alam — tapi juga tentang betapa rentannya kesehatan dalam krisis. Banyak korban yang mengalami luka, penyakit, dan kesulitan akses air bersih serta perawatan medis. Lewat edukasi kesehatan dan kesadaran bersama, masyarakat bisa lebih siap: tidak hanya sebagai penerima bantuan, tetapi sebagai pelaku tanggap darurat — membantu sendiri, membantu tetangga, atau membantu siapa saja yang membutuhkan. Dengan demikian, kita bersama-sama bisa memperkecil dampak buruk dan menjaga keselamatan bersama.


