- Admin Dinkes
- Minggu, 13 Desember 2020
- 120
Mulai Sekarang, Seimbangkan Konsumsi Garam Setiap Hari
Gambar : Mulai Sekarang, Seimbangkan Konsumsi Garam Setiap Hari (Freepik)
Garam telah menjadi bagian yang sangat sulit dipisahkan dari kehidupan banyak orang. Sehingga tidaklah mengherankan bahwa kelebihan garam yang dikonsumsi di dalam tubuh bukanlah hal yang jarang terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari, garam sangat dominan dalam menu makanan yaitu membuat makanan menjadi lebih nikmat dan dikonsumsi secara teratur oleh manusia. Garam sebagai penyampai zat yodium dalam tubuh manusia dalam upaya menanggulangi penyakit gondongan dan kretin endemic yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Garam konsumsi digunakan untuk memasak dan keperluan rumah tangga. Garam konsumsi memiliki NaCl minimal 94% dan harus memenuhi persyaratan kualitas garam konsumsi. Standar untuk garam konsumsi sudah dapat dipenuhi oleh petani lokal Indonesia. Namun sebenarnya konsumsi garam yang berlebih maupun yang kurang tidak baik untuk kesehatan tubuh. Mengapa demikian? Berikut pembahasannya untuk anda.
Konsumsi garam yang kurang
Ketika seseorang menghindari penyakit darah tinggi, maka banyak orang yang memilih untuk kurang konsumsi garam. Namun terlalu sedikit adanya asupan garam di dalam tubuh ternyata juga dapat memicu munculnya penyakit tertentu. Pada dasarnya memang tubuh manusia memerlukan asupan natrium dari garam, namun tahukah anda bahwa konsumsi garam yang kurang juga memiliki efek lain. Hal ini tentunya bisa membuat natrium dalam sel rendah. Dengan begitu fungsi natrium dalam menahan cairan pada sel bisa terganggu. Sehingga tubuh bisa mengalami dehidrasi dan tentunya seseorang dapat kehilangan nafsu makan. Bisa dikatakan bahwa tubuh manusia membutuhkan nutrisi penting dalam sodium. Namun anda juga perlu mengetahui berapa banyak garam yang memang dibutuhkan oleh tubuh.
Konsumsi garam berlebih
Ketika anda mengkonsumsi garam secara berlebih, maka hal ini dapat meningkatkan jumlah natrium yang ada di dalam sel serta hal ini dapat mengganggu keseimbangan cairan. Ketika cairan masuk ke dalam sel, maka hal ini bisa mengecilkan diameter dari pembuluh darah arteri, dengan begitu jantung perlu memompa darah lebih kuat. Ketika hal ini terjadi, maka dapat meningkatnya tekanan darah. Saat tekanan darah meningkat, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan kerja jantung. Tentunya hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke dan serangan jantung.
Memang kondisi yang satu ini merupakan kondisi yang paling umum terjadi. Karena hampir seluruh kasus stroke dan penyakit jantung disebabkan oleh hipertensi. Selain itu, sama halnya dengan penyakit jantung bahwa penyakit ginjal kronis juga dapat disebabkan dari tekanan darah tinggi. Dan tentunya orang yang mengalami penyakit ini akan lebih sensitif terhadap asupan garam atau sodium di dalam tubuh.
-AD