Konten Berita

...

Waspada, Campak jadi Komplikasi Sebabkan Penyakit Berat

CAMPAK

Gambar : Campak (Shutterstock)

Secara umum, gejala campak dapat berupa demam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit. Biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan yang dikhawatirkan dari campak adalah komplikasi. Dampaknya dapat menyebabkan diare berat hingga kematian.

 

Pemerintah menargetkan eliminasi campak rubella tahun 2023 secepatnya. Eliminasi itu adalah suatu keadaan di mana kita bisa menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak ini, sehingga tentu tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Tapi dengan adanya kenaikan kasus campak di negara kita tentu mimpi untuk mencapai eliminasi ini menjadi agak sulit untuk bisa merealisasikannya tahun ini

Campak ini disebabkan oleh virus campak dan penularannya melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung. Dan campak ini salah satu penyakit yang sangat menular.

Pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi sehingga imunisasi sesuai jadwalnya harus dilakukan supaya anak-anak terhindar dari campak. Keadaan di Indonesia 2 tahun terakhir atau hampir 3 tahun sejak terdampak dari pandemi COVID-19 membuat implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi terlihat turun secara signifikan karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak anak tidak diimunisasi.

Menurut Kementerian Kesehatan, manfaat imunisasi campak rubella utamanya untuk mencegah infeksi parah, komplikasi serius, sampai kematian akibat penyakit campak dan rubella. Bahaya campak dapat menyebabkan komplikasi diare parah, radang paru atau pneumonia, radang otak atau ensefalitis, gangguan penglihatan dan pendengaran, gizi buruk, sampai kematian. Sedangkan rubella biasanya hanya infeksi ringan seperti flu pada anak-anak.

Imunisasi campak rubella di Indonesia menggunakan vaksin yang telah disetujui WHO dan telah mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin ini aman dan telah digunakan sedikitnya di 141 negara di dunia (AD)

...

Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai Campak.

campak foto parenting

Tanda-tanda campak. (Foto: Parenting.co.id)

Campak merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam di seluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh.

Campak sendiri bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. WHO memperkirakan ada 100 ribu orang meninggal setiap tahun karena komplikasi berbahaya dari campak seperti diare, infeksi saluran napas, hingga pembengkakan otak. Selain itu WHO menyebut kalau kasus global campak di tahun 2019 meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.

WHO juga telah memasukkan "keragu-raguan terhadap vaksin" sebagai salah satu dari 10 ancaman kesehatan global yang paling mendesak pada 2019. Hal ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang sering mendapatkan informasi yang keliru terhadap pemberian vaksin.

Berjangkitnya kembali penyakit campak di beberapa negara, telah dikaitkan dengan klaim medis yang tidak berdasar yang mengaitkan vaksin campak dengan autisme, yang telah menyebar sebagian di media sosial oleh anggota gerakan "anti-vax" atau anti-vaksinasi.

 

Apa saja Gejala yang timbul bila terkena penyakit campak?

Gejala campak seringnya terjadi sekitar satu hingga dua minggu setelah seseorang terinfeksi virus. Gejala campak yang paling awal muncul adalah demam tinggi hingga 40 celcius, diikuti dengan mata merah dan berair, pilek, bersin-bersin, batuk kering, sensitif terhadap cahaya, lelah, serta nafsu makan yang menurun.

Dua atau tiga hari setelah gejala campak awal tersebut muncul, menyusullah gejala campak selanjutnya, yaitu muncul bintik-bintik putih keabuan di mulut dan tenggorokan.

Setelah itu, muncul ruam berwarna merah kecoklatan yang diawali dari sekitar telinga, kepala, leher, dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Ruam ini muncul sekitar empat hari setelah gejala campak awal muncul dan dapat bertahan selama 5 hingga 6 hari. Sementara demam tinggi akibat penyakit ini biasanya akan mulai turun pada hari ketiga setelah ruam muncul.

 

Siapa yang berisiko terkena penyakit campak?

Orang yang belum pernah mendapat vaksin / imunisasi campak sangat berisiko untuk mengalami penyakit ini. Selain itu campak juga lebih sering menimpa anak-anak berusia di bawah lima tahun. Tapi pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah terkena campak atau yang belum mendapat vaksinasi campak.

 

Cara paling efektif untuk menghindari campak ?

Cara paling efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah dengan pemberian vaksin campak / imunisasi. Pemerintah menyediakan pelayanan imunisasi campak dan bisa didapatkan di Puskesmas, Posyandu dan fasilitas kesehatan lainnya. Secara umum, imunisasi aman untuk semua orang. Namun, wanita hamil, orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit leukimia, TBC, dan mereka yang alergi terhadap komponen tertentu dalam vaksin, tidak dianjurkan untuk melakukan imunisasi.

 

Apa yang harus dilakukan bila terkena campak dan bagaimana cara mengobatinya?

Bila terkena Gejala campak Sistem kekebalan tubuh secara alami akan melawan infeksi virus ini. Tapi jika komplikasi terjadi atau infeksi campak menjadi sangat parah, perawatan di rumah sakit kemungkinan akan dibutuhkan,

Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan bila terkena campak :

  • Istirahat yang cukup 

Kurangi aktivitas fisik dan bermain. Waktu tidur yang cukup yaitu 8-10 jam dapat memulihkan sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan virus berkembang biak di dalam tubuh.

  • Minum air putih yang cukup

Demam tinggi yang dialami anak saat campak menguras cairan dan elektrolit tubuh. Berikan minum air putih yang cukup untuk menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang bila mengalami muntah dan diare saat campa

  •  Batasi kontak

Karena campak sangat mudah tertular lewat udara, sebaiknya batasi kontak  dengan orang lain, apalagi bila dengan anggota keluarga yang belum pernah menerima vaksin campak

  • Kontrol makanan

Konsumsi makanan yang bergizi memegang peranan yang penting dalam proses penyembuhan anak. Utamakan makanan 4 sehat 5 sempurna, dengan menambah porsi sayur dan buah yang mengandung banyak vitamin. Lalu hindari makanan yang digoreng dan dingin untuk sementara waktu

  • Jaga kebersihan (mandi)

Banyak mitos yang mengatakan bahwa penderita campak sebaiknya tidak mandi, karena dikhawatirkan akan memperparah penyakit campak. Namun nyatanya, penderita campak diperbolehkan untuk mandi. Namun, jangan gunakan air dingin untuk mandi dan sebaiknya gunakan air hangat. Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan kulit pada penderita campak. Sebaiknya juga mandi dengan cara basuh badan saja dan jangan digosok.

Namun bila penyakit campak tidak kunjung sembuh, segeralah Periksa dan konsultasikan dengan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. agar dapat segera dilakukan penanganan yang tepat.

AD

...

Sepakat Bersinergi, Kemenkes, MUI dan Dinkes Dukung Kampanye Imunisasi Campak Rubella

WhatsApp Image 2018 08 23 at 10.30.31 AM

Kesepakatan Bersama atas keberlangsungan kampanye Imunisasi Campak dan Rubella telah diputuskan. Pemerintah dalam hal ini Kemenkes RI dan jajarannya, Dinas Kesehatan beserta MUI telah satu suara untuk mendukung dan siap mengimplementasikan serta mensukseskan Kampanye Imunisasi Campak Rubella Tahap II (di 28 Provinsi luar jawa, 1 Agustus – 30 September 2018), dengan kapasitas masing-masing untuk peningkatan kesehatan masyarakat.

Melalui pertemuan yang telah digagas oleh Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 23 Agustus 2018, dihadiri oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Direksi PT. Biofarma, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), UNICEF, WHO, serta para Kepala Dinas Kesehatan dan pemimpin MUI di 34 Provinsi di seluruh Indonesia, telah dijelaskan dan dibahas dari segi aspek keagamaan maupun aspek kesehatan.

Sebelumnya Komisi Fatwa MUI menyatakan dalam ketetapan MUI Nomor 33 Tahun 2018, bahwa Vaksin MR Serum Institut of India (SII) hukumnya haram karena didalam produksinya memanfaatkan (bukan mengandung) unsur yang haram. Setelah pertemuan dilakukan, ditetapkan keputusan bersama, atas dasar urgensi untuk melaksanakan program imunisasi Campak dan Rubella karena jika tidak dilakukan akan menyebabkan bahaya (hilangnya nyawa dan atau kecacatan permanen) yang meresahkan kesehatan masyarakat, sehingga penggunaan Vaksin Campak dan Rubella yang diproduksi oleh Serum Institut of India (SII) dibolehkan penggunaannya. Tiga alasan dasar boleh penggunaan Vaksin MR SII yaitu :
1. Memenuhi ketentuan kondisi keterpaksaan (dlarurat syar’iiyah)
2. Belum adanya alternatif vaksin yang halal dan suci
3. Adanya keterangan ahli yang kompeten tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan belum adanya vaksin yang halal

WhatsApp Image 2018 08 23 at 1.05.38 PM

Gambar (dari kiri) : Kadinkes Prov Kepri, Sekretaris MUI Pusat, MUI Prov Kepri turut hadir dalam Sosialiasi Program MR (Jakarta, 23/08/2018)

Darurat menurut Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) yang merupakan Ketua I PP IDAI Pusat bagi kesehatan masyarakat adalah jika cakupan imunisasi di suatu daerah <60%, sehingga jika ada penyakit menular yang berbahaya masuk ke daerah tersebut akan mudah menjadi KLB/Wabah. Contohnya KLB Difteri di Jawa Timur pada Tahun 2010 lalu, cakupan imunisasi rendah karena banyaknya masyarakat yang menolak imunisasi.

Target imunisasi harus mencapai 95% yang disuntik dalam suatu kelompok agar terbentuk kekebalan kelompok (herd imunity), lihat ilustrasi gambar dibawah ini .
80
Misalnya dalam 1 kelompok ada 100 anak, 95 anak telah diimunisasi maka virus Campak Rubella tidak akan menular karena telah terbentuk kekebalan kelompok, 5 anak yang tidak diimunisasi akan terlindungi oleh kekebalan kelompok. Berbeda halnya bila hanya 50% yang diimunisasi, 50 orang anak yang telah diimunisasi akan kebal, namun 50 anak yang tidak diimunisasi akan tertular dengan mudah, apalagi Campak dan Rubella penularannya sangat mudah hanya melalui batuk dan bersin oleh anak yang sakit.
60
Kementerian Kesehatan bersama Biofarma, satu-satunya produsen vaksin milik Indonesia yang merupakan produsen vaksin terbesar keempat di dunia dan centre of excellent bagi negara-negara Islam, berkomitmen untuk selalu senantiasa memperhatikan aspek keagamaan dalam kesehatan, salah satunya kehalalan dalam riset vaksin. Upaya (ikhtiar) terus dilakukan berupa riset vaksin baru yang bukan hanya bebas porcine, namun ke depannya akan mengutamakan penelitian material non hewani. Namun, seperti kita ketahui untuk menciptakan vaksin atau komponen baru, tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, bisa belasan bahkan puluhan tahun.

Porcine
Seberapa bahaya Campak dan Rubella ?
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015, Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar di dunia. Total kasus Campak-Rubella yang dilaporkan dalam 5 tahun terakhir adalah 57.056 kasus (8.964 positif campak, 5.737 positif Rubella). Kurang lebih 89% kasus campak diderita oleh anak usia di bawah 15 tahun. Sedangkan untuk rubella, kurang lebih 77% penderita merupakan anak usia di bawah 15 tahun.

Komplikasi dari campak yang dapat menyebabkan kematian adalah Pneumonia (radang Paru) dan ensefalitis (radang otak). Sekitar 1 dari 20 penderita Campak akan mengalami komplikasi radang paru dan 1 dari 1.000 penderita akan mengalami komplikasi radang otak. Selain itu, komplikasi lain adalah infeksi telinga yang berujung tuli (1 dari 10 penderita), diare (1 dari 10 penderita) yang menyebabkan penderita butuh perawatan di RS. Diperkirakan dalam 5 tahun terakhir ada 2.853 orang yang mempunyai komplikasi radang paru, 5.706 orang dengan komplikasi diare dan infeksi telinga serta 571 orang dengan radang otak.

Dari 12 RS yang menjadi sentinel pemantauan kasus CRS atau Sindrom Rubella Kongenital. Dalam 5 tahun terakhir dari 12 RS tipe A di Indonesia, ditemukan kasus suspek sindroma rubella kongenital sebanyak 1.660 kasus. Jika data dikumpulkan lagi dari seluruh RS maka akan jauh lebih banyak jumlah kasusnya.

csr
Berdasarkan catatan dari seorang Ibu dari anak penderita CRS dengan inisial Yn, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan sampai anak tersebut berusia 8 tahun mencapai Rp 619 juta, termasuk biaya untuk pemasangan implant koklear sebesar Rp 370 juta, operasi katarak sebesar Rp 22 juta, dan terapi bicara yang menghabiskan Rp 74 juta. Seorang ibu penderita CRS lainnya dengan inisial GM juga mencatat biaya alat bantu/penunjang anaknya mencapai Rp 327 juta, biaya cek kesehatan sebesar Rp 34 juta dan biaya rehabilitasi Rp 2,6 juta per bulannya.

Bagaimana Kasus Campak dan Rubella di Provinsi Kepulauan Riau ?
Bardasarkan dara CBMS atau berbasis kasus individu/Case Based Measles Surveillance (CBMS) yang dikirimkan sampelnya ke Litbangkes Kemenkes RI diketahui bahwa kasus Campak dan Rubella masih bersikulasi di Provinsi Kepulauan Riau. Kasus 0 tidak berarti bahwa tidak ada kasus campak klinis didaerah tersebut, namun karena tidak ada sampel yang dikirimkan ke Litbangkes sehingga kasus tidak terdeteksi. Rincian data CBMS sebagai berikut :
kasus Campak Rubella kepri 2016 2018
Dengan demikian, pelaksanaan imunisasi MR merupakan amanah semua pihak untuk melindungi generasi penerus bangsa dari ancaman penyakit berbahaya yang bisa menimbulkan kematian dan kecacatan permanen. Dengan melaksanakan Imunisasi Campak dan Rubella (MR) maka akan menumbuhkan kesadaran, memberikan perlindungan kepada anak dan masyarakat terhadap risiko penyakit Campak dan Rubella serta target Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubella/Sindrom Rubella Kongenital di Indonesia pada Tahun 2020 dapat tercapai.(NV/PE)

Isu vaksin

Materi : Isu Sensitif Seputar Vaksinasi - Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K)Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K)

 

Kontak Kami