- Admin Dinkes
- Rabu, 26 November 2025
- 14
Bahaya Mengandalkan AI untuk Diagnosa Kesehatan
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sekarang semakin sering dipakai dalam berbagai bidang, termasuk kesehatan. Banyak aplikasi yang bisa membaca gejala, menganalisis foto medis, atau memberi saran tentang kemungkinan penyakit. Walaupun terlihat membantu, penggunaan AI untuk diagnosa kesehatan sebenarnya memiliki beberapa risiko yang perlu diperhatikan.
1. AI Tidak Selalu Akurat
AI memang terlihat pintar, tapi ia hanya bisa bekerja dari data yang pernah dipelajarinya. Bayangkan kamu sedang sakit kepala, lalu kamu coba cari tahu lewat aplikasi. Dalam hitungan detik, AI menyimpulkan itu migrain. Padahal sebenarnya bisa saja itu gejala penyakit lain. Karena AI hanya membaca pola data, bukan kondisi tubuhmu secara nyata, hasilnya bisa salah dan membuatmu salah langkah sejak awal.
2. AI Tidak Bisa Menggantikan Dokter
Dokter menilai pasien dengan cara yang lebih menyeluruh: melihat wajahmu, mendengar napasmu, memeriksa tubuhmu, bahkan membaca bahasa tubuhmu. Ada banyak hal yang tidak bisa kamu jelaskan lewat teks, dan ada banyak hal yang tidak bisa ditangkap oleh kamera. Sementara AI hanya menerima input yang kamu berikan, tidak lebih. Ia tidak tahu apakah wajahmu pucat, apakah nada suaramu melemah, atau apakah kamu sedang kesulitan bernapas. Hal-hal penting seperti itu hanya bisa dilihat oleh dokter secara langsung.
3. Risiko Salah Penanganan
Mengandalkan AI bisa membuat seseorang merasa sudah “mengerti” kondisi tubuhnya. Akhirnya banyak yang memutuskan membeli obat sendiri, menunda pergi ke dokter, atau menganggap penyakitnya tidak serius. Masalahnya, beberapa penyakit sangat sensitif terhadap waktu. Terlambat sedikit saja bisa berbahaya. Dan kalau AI salah menilai, kita bisa terjebak dalam keputusan yang salah tanpa disadari.
4. Privasi Data Bisa Terancam
Setiap kali kita memasukkan gejala, foto, atau data kesehatan ke aplikasi, kita sebenarnya sedang memberikan informasi pribadi yang sangat sensitif. Jika aplikasi itu tidak aman, data tersebut bisa bocor atau digunakan oleh pihak lain. Tidak menyenangkan rasanya kalau data kesehatan kita beredar tanpa kendali, bukan?
5. AI Tidak Paham Kondisi Lokal
Banyak sistem AI dibangun dengan data dari luar negeri, yang lingkungan dan pola penyakitnya berbeda dengan Indonesia. Misalnya penyakit tropis, kualitas udara, atau pola hidup masyarakat kita—AI mungkin tidak memahami semua itu. Akibatnya, analisa yang diberikan seringkali tidak pas dengan kondisi yang sebenarnya kita hadapi di sini.
Kesimpulan
AI bisa membantu memberi gambaran awal, tapi ia bukan alat diagnosa utama. Untuk keputusan yang benar tentang kesehatan, satu-satunya langkah paling aman tetap berkonsultasi dengan dokter. AI hanyalah pelengkap, bukan penentu.


