Dinkes Kepri bersama TP-PKK Pokja IV Kolaborasi Cegah Stunting di Kabupaten Natuna

Cetak

PKK

Gambar : Pertemuan percepatan penurunan stunting Pokja IV di Kabupaten Natuna

Dinas Kesehatan Provinsi Kepri bersama TP-PKK Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan Pertemuan percepatan penurunan stunting Pokja IV di Kabupaten Natuna pada tanggal 16 Februari 2023 di Gedung Wanita Bukit Arai Kab. Natuna, dengan Narasumber dari TP-PKK Provinsi Kepulauan Riau dan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau.

 

Peserta pada pertemuan ini berjumlah 37 orang terdiri dari Dinas Kesehatan Kab. Natuna, Tim TPPS Kab. Natuna, TP-PKK Kabupaten dan Kecamatan, Dasawisma setiap desa, Kader Posyandu, Tim Satgas Kabupaten Natuna, Tim TPK Kab. Natuna, dan Kader Posrem. Setelah pertemuan ini diharapkan para peserta dapat berperan aktif dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Natuna, serta Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan stunting sejak dini serta meningkatkan pengetahuan peserta mengenai Posyandu Holistik dan Meningkatkan pengetahuan peserta mengenai peran protein hewani dalam pencegahan stunting.

Stunting merupakan isu yang sangat penting untuk dibahas dalam rangka untuk mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas dalam rangka menghadapi puncak demografi pada tahun 2030. Kesehatan balita khususnya penurunan stunting merupakan salah satu faktor penunjang yang akan menentukan kualitas generasi yang akan datang. Prevalensi stunting di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2022 mengalami penurunan dari 17,6 tahun 2021 menjadi 15,4 pada tahun 2022. Angka mengalami penurunan sebanyak 2,2 % dan menjadikan kepri sebagai 4 provinsi terendah dalam prevalensi stunting di tingkat nasional. Walaupun mengalami penurunan, akan tetapi apabila di lihat dari kejadian stunting menurut kelompok umur di provinsi kepulauan riau terjadi peningkatan kejadian stunting sebanyak 1,3 kali pada bayi usia 0 bulan dan 3,4 kali pada bayi usia 0-6 bulan.

Di Kabupaten Natuna sendiri prevalensi stunting mengalami kenaikan dari dari 17,8% pada tahun 2021 menjadi 18% pada tahun 2022, Hal ini akan berdampak  pada tidak optimalnya tumbuh kembang, kemampuan kognitif, kesehatan bahkan kematian bayi. Selain itu juga dapat menurunkan kemampuan belajar dan prestasi di sekolah, serta menurunnya produktivitas. Secara jangka panjang Penyebab masih terdapatnya balita stunting adalah karena rendahnya akses terhadap makanan, sehingga ibu pada masa remaja kurang nutrisi, bahkan dimasa kehamilan dan menyusui. Disamping itu pada masa bayi dan anak tidak mendapatkan asupan sesuai dengan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak.

Untuk mencegahnya, dapat dilakukan dengan memperbaiki status gizi remaja, ibu hamil dan balita. Salah satu upaya pencegahan pada remaja putri adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah seminggu sekali dan mengkonsumsi gizi seimbang, pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilan dan konsumsi gizi seimbang, pada balita dengan pemberian makan bayi dan anak yang tepat mulai dari imd segera setelah lahir, asi eksklusif selama 6 bulan, pemberian mp-asi yang bergizi tinggi protein hewani serta teruskan menyusui sampai balita berumur 2 tahun. Dengan menerapkan pola pemberian makan yang tepat bagi remaja putri, ibu hamil dan balita seyogya nya dapat mengeliminasi kasus stunting di provinsi kepulauan riau. Sehingga menjadikan kepulauan riau zero stunting. (MH - Promkes)

Click to listen highlighted text! Powered By GSpeech