Cegah Tengkes Dengan Rutin Pantau Tumbuh Kembang Anak

Cetak

tengkes

Gambar : Cegah Tengkes, Orangtua Harus Rutin Pantau Tumbuh kembang Anak

Tengkes bukanlah sejenis penyakit, melainkan dampak dari kekurangan gizi kronis. Ciri-ciri seorang anak mengalami tengkes pada umumnya dapat terlihat dari tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan rata-rata anak seusianya. Namun, tengkes bukan hanya masalah tinggi badan saja, melainkan juga keterlambatan pertumbuhan kronis, seperti terlambat tumbuh gigi dan pubertas.

Tengkes dan stunting sejatinya adalah dua hal yang memiliki makna sama. Satu adalah kata dari bahasa Indonesia (tengkes), satunya lagi adalah istilah asing (stunting). Yang disebut terakhir adalah kata yang sudah tertanam kuat di mulut dan telinga kita

Mengacu pada definisi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tengkes adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.

Para orangtua yang memiliki bayi atau anak usia di bawah lima tahun (balita) harus bekerja ekstra agar si kecil tidak terganggu tumbuh kembangnya. Itu sebabnya disarankan secara berkala membawa si bayi ke fasilitas kesehatan (Faskes), seperti pos pelayanan terpadu (posyandu), rumah sakit (RS), dan klinik bidan.

Hal itu mutlak dilakukan agar tumbuh kembang dan kesehatan anak terpantau. Pada Faskes tersebut, biasanya tenaga kesehatan (nakes) melakukan sejumlah aktivitas, mulai dari mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.

Ketiga hal tersebut idealnya mengalami perubahan pesat pada periode emas pertumbuhan anak. Oleh karena itu, hasil pemantauan tersebut dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengetahui apakah anak bertumbuh sesuai dengan usianya.

Melalui pengukuran tersebut, nakes dan orangtua & dapat mengetahui apakah si buah hati mengalami masalah tumbuh kembang dan kesehatan, seperti malnutrisi atau bahkan stunting.Untuk memantau kesehatan anak dianjurkan dilakukan di Faskes. Setidaknya, ada dua alasan mengapa anak wajib diperiksakan di pala pusat layanan kesehatan yang mumpuni.

Pertama, pemantauan pertumbuhan anak di Faskes sudah mengacu pada standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.

Saat di rumah, orangtua biasanya hanya mengukur pertumbuhan tinggi badan dan berat badan. Sementara, pengukuran lingkar kepala seringkali luput dari pemantauan. Padahal, hal ini juga termasuk dalam salah satu indikator gizi seorang anak. Adapun pengukuran lingkar kepala dilakukan setiap tiga bulan sampai anak memasuki usia satu tahun, dan setiap 6 bulan sampai usia anak 6 tahun. Berdasarkan pengukuran tersebut, lingkar kepala dapat dibagi menjadi normal, kecil (mikrosafali), dan besar (makrosefali). Lingkar kepala yang kecil ataupun besar dapat disebabkan gangguan pertumbuhan otak.

Kedua, proses pemantauan pertumbuhan anak di Faskes dilakukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang kesehatan.

Hasil pemeriksaan akan dicatat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Sebagai informasi, KMS memuat kurva pertumbuhan anak berdasarkan jenis kelamin, umur berat badan, serta tinggi badan dan lingkar kepalanya. Normal atau tidaknya pertumbuhan anak dapat diketahui hanya dengan melihat trend grafik atau kurva yang terdapat pada KMS. engan begitu, status pertumbuhan dan kesehatan anak dapat terdeteksi sedini mungkin, jika si kecil memiliki status gizi buruk atau mengkhawatirkan. Hal itu guna menghindarkan anak dari risiko terkena gangguan gizi atau stunting.

Adapun keuntungan lain memeriksakan kesehatan anak di Faskes adalah tersedianya fasilitas tambahan, seperti imunisasi, pemberian vitamin, pemeriksaan kesehatan, dan stimulasi pertumbuhan. Dengan begitu, pemeriksaan fisik buah hati menjadi lebih optimal. (AD)

Click to listen highlighted text! Powered By GSpeech