Waspada Heat Stroke dan Cara Mencegahnya

Cetak

heatstroke

Gambar : Pelaksanaan Ibadah Haji (FAYEZ NURELDINE/AFP)

Penyelenggaraan ibadah haji 1444H/2023M merupakan penyelenggaraan haji pertama setelah pandemi COVID-19 dengan pemberlakuan jumlah kuota normal dan tanpa pembatasan umur. Jumlah jemaah haji usia lanjut (Lansia) tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya.

Kementerian Kesehatan mengimbau agar jemaah haji asal Indonesia harus mewaspadai suhu panas di Madinah yang dapat menyebabkan masalah kesehatan sehingga menghambat jamaah untuk menjalankan ibadah. Hal tersebut mengingat kondisi cuaca di Tanah Suci beberapa hari terakhir ini bisa mencapai 40 derajat Celcius dengan tingkat kelembaban rendah.

Petugas Kesehatan Haji diminta untuk dapat mengedukasi baik diri sendiri maupun jemaah haji untuk menjaga diri agar selalu terhidrasi dengan baik. Terutama pada saat menjalankan Ibadah Haji di Arab Saudi

Heat stroke, yaitu suatu kondisi kegawatdaruratan yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh mencapai lebih dari 40 derajat Celcius dan adanya gangguan pada sistem saraf.

Tanda -tanda heat stroke adalah peningkatan suhu tubuh hingga di atas 40.5 derajat Celcius, delirium atau kebingungan, gangguan nafas, peningkatan irama jantung, muncul rasa berdebar, dan penurunan tekanan darah atau hipotensi.

Pada kasus yang lebih berat bisa mengalami kejang dan koma, selain itu juga bisa menyebabkan perubahan kondisi mental.

Tanda-tanda heat stroke yang mengancam jiwa, adalah terjadinya proses pendarahan, seperti mimisan, pendarahan dari pembuluh vena, luka memar, bengkak paru dan adanya tanda-tanda dari gagal ginjal akut.

Untuk itu, penting untuk memperbanyak konsumsi air guna meminimalisasi risiko dehidrasi dan heat stroke. Jemaah haji perlu memperbanyak konsumsi air guna menghindari dehidrasi saat melakukan rangkaian ibadah di Tanah Suci.

Kunci dehidrasi adalah mineral loss, jadi harus minum air yang dicampur elektrolit, dan jangan menunggu haus.

Fungsi elektrolit di sini bukan sebagai obat diare, melainkan sebagai pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembaban.

Konsumsi elektrolit dilakukan setelah jemaah haji melakukan aktifitas di luar hotel, dengan mencampurkan 1 sachet oralit dengan 600 ml air. Selain itu jemaah juga diminta untuk minum air 5-6 botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botolnya.

Selain itu, Jemaah haji diminta menghindari pajanan sinar matahari langsung dengan lengkapi diri dengan Alat Pelindung Diri (APD), salah satunya dengan menggunakan topi dengan bibir (pinggiran) yang lebar sehingga kepala bisa terhindar dari sengatan langsung.

Selain itu juga jemaah diminta untuk sering menyemprot bagian tubuh yang terpapar pajanan matahari langsung, terutama muka dan tangan. Jemaah juga diminta untuk menggunakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat, serta selalu menggunakan alas kaki saat bepergian.

Click to listen highlighted text! Powered By GSpeech